cinta yang mengabdi

cinta yang mengabdi sebuah drama paskah fr. beben gaguk pelakon: Romo Ben Roy : suami Pongky (koster) Nurtin: Istri 8 figuran babak IV Bibi Maria ( BM): pembantu Prajurit2 Penyiar TV narator Adegan Pertama: Setting : Panggung I. Ruang tamu keluarga dengan segala perabotnya. Nurtin: (Baru tiba di rumah. Letih lesu. Ia menghempaskan tubuhnya di sofa. Tasnya diletakkan di meja. Bi, Bibi Maria………….. BM : Iya Bu!! (BM masuk) Ada apa bu? Nurtin : (Mendesah) Wuhhhh….hari yang meletihkan. Tolong pijitin kepala saya, ya bi. BM : (Sambil memijit) Ibu, kelihatan cape sekali. Nurtin : (Dengan nada mengeluh) Iya bi, saya sangat cape dan stress hari ini. Barang-barang rumah tangga yang saya usahakan itu, banyak yang tidak laku. Padahal barang–barang itu memiliki mutu dan kualitas yang bagus. Anti pecah lagi. Mereka bilang harga barang-barang tersebut terlalu tingggi. Padahal saya sudah beri diskon 30 %. Memang, ibu-ibu sekarang pada aneh. Maunya gratis-gratis melulu. BM : Bu, aku ambilkan teh panas ya, biar tubuh ibu hangat. (BM menghantar teh) Nurtin : Bapak belum pulang kah? Bm : Belum bu! Nutrin : Jam segini kog’ belum pulang-pulang.? BM : Mungkin bapak ada kerja lembur atau ada pertemuan. Nurtin : Ah bibi!! Mana ada kantor yang kerja sampai jam enam sore begini. Pasti sekarang, dia lagi ke tempat judi, minum di Bar, atau jangan-jangan ia sedang bersenang-senang dengan wanita selingkuhannya? BM : Aduh bu….! Jangan berpikir yang bukan-bukan tentang bapak Nurtin : Ah..sudahlah ‘bi aku istirahat dulu ya. Pusing rasanya kalau memikirkan dia. Semuanya jadi tawar dan hilang rasa. (Masuk kamar) BM : (Bibi sendiri di ruang tamu dan mengguman) Aku tak mengerti mengapa semua menjadi seperti ini? Akhir-akhir ini bapa dan ibu tidak saling menyapa. Yang ada hanya saling curiga. Selalu saja ada masalah yang muncul. Padahal ibu Nurtin pernah bercerita bahwa kisah pacaran mereka dulu sangat indah. Bahkan ibu bilang kisah pacaran merekalah yang paling romantis dan terindah dari pasangan manapun di dunia. Oh ya, ibu pernah bilang bahwa dari sekian banyak kisah pacaran yang merekai alami, ada satu pengalaman yang paling indah dan romantis. Pengalaman itu terjadi persis di taman samping Gereja. (Instrumen Layar ditutup.. Ganti latar) Flashback: Adegan Masa pacaran Setting: Panggung II. Beberapa pot bunga. Roy dan Nurtin berkostum Gaul anak muda. Instrumen/lagu My Hearts by Acha Septiarsa/Irwansyah.Layar dibuka) Nutrin : (Menunggu di taman. Sambil harap-harap cemas. Tiba-tiba Roy menutup matanya dari arah belakang) idihh, lepaskan!lepaskan kak’!! iihhh, ada-ada saja Roy : Mat sore cintaku sayangku juwita hatiku. Nurtin : Kakak dari mana saja eh? Orang sudah tunggu dari tadi nee Roy : Maaf say, tadi BBMnya lagi parah, sehingga saya harus antri di POM Bensin Roy : (Menatap Nurtin) oh ya sayang,hari ini kamu keliahatan sangaaaat cantik. Nurtin : Ayo pilih antara dua: ini pujian dari hati atau gombal? Roy : Pujian dong, dari hati yang paling dalaaaaam terucap kata cinta untukmu (gaya berpuisis sambil memetik sekuntum bungai) Karena kamu ada di hatiku Kau adalah yang teindah dalam hidupku Juwitaku, mutiara hatiku, matahariku,mawar hidupku Di hatimu ada damai, ada ketenangan, ada kesejukan, Dirimu adalah oase yang memberikan kesejukan bagi diriku yang sedang berziarah melintasi padang gurun kehidupan. Engkau adalah bintangku yang selalu menerangi gelapnya jiwaku cintamu membuat aku terbang tanpa sayap menuju langit ke tujuh engkau adalah harta terpendam dalam ladang hidupku apapun kutinggalkan demi mendapatkan mutiara cintamu. Nurtin : Ihh lagi-lagi gombal… Roy : Bener ne…..sekarang kamu ungkapkan perasaan kamu ke aku, ok? Nurtin : Malu akh… Roy : Dengan pacar sendiri, kog malu! Nurtin: (bermenung) mmmmm, Oh ya singkat saja; aku mencintaimu, bukan karena siapakah engkau tapi siapakah aku ketika aku berada di sampingmu. Roy : (menghela napasss bahagia.…….. sekarang, kamu jawab ya, kalau aku mobilnya kamu apanya? Nurtin : Bensinnya? Roy : Kalau aku amplopnya kamu? Nurtin : perangkonya Roy : Kalau aku sisirnya kamu? Nurtin :Apa ya??? Roy : Ya kamu kutunya….haaa (keduanya lalu berkejaran) Nurtin : Yang serius dong, ka! Roy : Serius, tentang apa? Nurtin : Ya tentang rencana pertunanganan kita Roy : iya pasti. Minggu depan aku akan melamarmu, keluargaku sudah siap 100% Nurtin : Bapa dan mama juga sudah siap menantikan kedatangan keluarga kakak. Roy : lebih dari itu, kita pun sudah siap dan matang untuk bersama-sama mendayung bahtera rumah tanga mengarungi samudera kehidupan. Lalu kita pun menjadi pasangan yang paling istimewa dan bahagia di duni. (Bertatapan dan berpegangan tangan. Lagu Gereja Tua, sambil layar ditutup. kembali ke Panggung I setting ruang tamu) BM : Ah seandainya kisah itu tetap terjadi di rumah ini, pasti rumah ini menjadi taman bahagia yang indah dan menyenangkan. (Instrument. Layar ditutup) Adegan kedua: Setting: Panggung I. Ruang tamu keluarga. Pak Roy masih duduk membaca Koran sambil menghisap rokok. (Layar dibuka dan Bu Nurtin masuk) R : Dari mana saja kamu ‘ma! N : (Dengan nada Cuek) Baru sekarang ya, papa menanyakan mama? R : (Berdiri, tertawa sambil tepuk tangan) Hebat, istriku hebat. Sudah pandai bermain sandiwara. Kalau aku sedang berada di rumah, mama begitu alim dan tenang. Begitu aku di kantor, mama mulai pesiar kiri-kanan. Untung saja hari ini, aku pulang duluan. Kalau sampai detik ini, aku tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan istri tercintaku di rumah. Ternyata, apa yang dikatakan orang selama ini memang benar… Nurtin :(Nada sinis) suamiku lebih hebat lagi. Pandai main kucing-kucingan. Hari ini pura-pura pulang cepat, padahal selama ini, sehabis kantor ia pergi minum, berjudi, dan jalan dengan istri simpanannya. Roy : Apa?(Menunjuk muka bu Nurtin) Tarik kata-katamu! Selama ini saya kerja keras membanting tulang di kantor, bahkan lembur sampai malam untuk menafkahi keluarga kita. Untuk membeli perabot rumah. Untuk membeli emas di leher dan di jarimu. Aku lakukan semua itu karena aku mencintaimu. Aku mencintai keluargaku. Enak saja, mama menuduh aku berselingkuh. Nurtin : Iya…dan papa menghabiskan seluruh waktumu di kantor, lantas tidak ada waktu buat istri tercinta yang saban hari hanya duduk menuggu rumah. Saat papa pulang, aku sudah tidur nyenyak. Perhatian dan kasih sayang dari papa tidak pernah kudapatkan. Papa pikir mama bahagia dengan uang dan barang yang papa berikan? Saya butuh cinta ‘pa. Saya butuh kasih sayang. Roy : (Potong)Lantas, mama mencari kebahagiaan dan cinta itu di luar rumah, begitu? Nutrin : Papa keliru!! Saya hanya menjalankan bisnis kecil-kecilan untuk mengusir kejenuhanku di rumah ini, daripada terpenjara dalam kesepian dan kesendirian! Roy : Ohh begitu ya, selama ini ibu berbisnis kecil-kecilan. Kenapa saya baru tahu sekarang? Ehm, tetapi mulai sekarang. Saya tegaskan : tinggalkan bisnis itu dan biarkan aku yang mencari nafkah. Mama di rumah saja. T i t i k. Nurtin : Tidak!!!! Roy : (membuang dan menginjak puntung rokok) Berani-beraninya kamu melawan aku ya. Ingat aku suamimu. Aku berhak atas dirimu. Engkau harus tunduk di bawah kakiku. Sejak kita menikah, engkau adalah hakku. Seluruh hidupmu ada dalam genggaman tanganku. Karena itu engkau harus mendengar, taat dan menghargaiku. Nurti: Aku menghargaimu sebagai seorang suami ‘pa, tapi bukan sebagai Roy yang egois, ingat diri, mata keranjang, Roy : (Pakkkkkkkk!!!!! ) Itu semua fitnah… ( Nurtin menangis dan berlari masuk ke kamar. Roy tampak masih marah. Ia mengisap rokok dalam-dalam,lalu berjalan ke arah berlawanan) Bibi : (masuk ruang tamu) Ya Tuhan apa yang sedang terjadi di antara Bapa dan ibu. Apakah suatu saat pertengkaran ini akan berakhir, ataukah justru mengarah ke perceraian? Akh Tuhan semoga tidak! Layar ditutup…….Instruman/lagu Hati Yang luka by: Betharia Sonata. Adegan ketiga Setting: Panggung I. Ruang tamu pastoran. Ada meja dan kursi. Gambar Uskup/Paus. Salib. Kelender dan TV. Pongky sedang menyapu dan mengatur ruangan. Layar dibuka. Sambil menyapu Pongky nyanyi lagu rohani. Romo Ben masuk lengkap dengan jubah dan tas. Pongky: Slamat Sore bapa Romo. Wuah… pasti capai sekali hari ini Rm Ben: (Di tengah panggung)Ya inilah kerja buat Tuhan.(Pongky berhenti menyapu dan memberi perhatian kepada Romo Ben) Saya baru pulang pimpin misa dan pemakaman bapak Marianus. Dia meninggal dua hari yang lalu.(Duduk) Ohhh sungguh sebuah perpisahan yang sangat indah. Kamu kenal toh’ siapa Bapak Marianus. Kalau misa, dia paling setia bersama istrinya Mama Virgo datang paling pertama dan pulang paling terakhir dari Gereja. Mereka keluarga sederhana. Sangaaaat sederhana. Tapi cinta dan kesetiaan mereka begiu mempesona. Ah….saya sangat cemas dengan kondisi mama Virgo. Selama misa tadi ia tak hentinya memeluk, seolah tak mau melepaskan jenazah suaminya. Ini memang kerinduan yang amat kental. Sepertinya mereka dipanggil terutama untuk setia dan bukan untuk sukses. (bangun) ya sudah…..kamu lanjutkan kerjanya.. Pongky: Oh.. maaf Bapa romo. Tadi ada ibu muda yang datang ke sini. Dia mau ketemu bapa Romo. Rm.Ben: Apa dia datang sendiri atau..? Pongky: Saya pertama melihat dia sendirian. Tapi sepertinya ada satu laki-laki yang mengejar dia dari belakang. Ekspresinya marah. Terus, saya bilang, Romo lagi keluar. Rm.Ben: Iya kita tunggu saja. Kalau ini penting, pasti mereka datang! O ya babi di kandang sudah di beri makan ko? Pongky: Beres, Bapa Romo! Rm.Ben: Maaf terpaksa sore ini, kamu yang ambil giliran saya di kandang. Pongky: Ahhh biar kah. Saya senang kerja di situ. Oya Bapa romo…hati-hati. Sekarang banyak nona-nona yang suka bermain mata…. Rm Ben: (Potong) Pongky?!? Mulai e kau!!! (Sambil masuk kamar. Pongky garuk-garuk kepala. Lalu melanjutkan kerjanya. Jedah beberapa saat, pasangan Roy dan Nurtin datang ) R&N :( mengetuk pintu) selamat sore! Pongky : Selamat sore, silakan masuk.(Lalu mempersilakan keduanya duduk). Bapa dan ibu mau mau bertemu siapa? Nurti : Apakah Bapa Romonya ada? Pongky: Oh, ada bu. Dia ada di kamar. Tunggu sebentar, saya panggil dulu (Romo Ben keluar) R &N : Selamat sore bapa Romo…. Rm.Ben:(Sambil berjabatan tangan) Wah pasangan muda yang penuh semangat.(Namun ekspresi keduanya dingin dan cemberut. Hening) Rm Ben: (menangkap ada persoalan antara keduanya) bagaimana, apakah ada sesuatu yang bisa saya bantu? (keduanya tetap dingin, ragu ragu, tunduk dan hening) Rm Ben:(Bingung) ehmmmm, apakah kalian mau bertemu saya atau ….? Nurti :(Kaget) Ohh…yaa maaf romo…(sambil melirik dan menyenggol Roy yang tetap dingin di sebelahnya) Rm Ben : (Dengan nada pelan) Sepertinya, kalian sedang berada dalam masalah. Roy : (potong) Iya, Romo. Kami mau berkonsultasi dengan bapa romo tentang keputusan yang telah kami ambil!!! Rm Ben : (mengeryit kening) apakah saya boleh tahu tentang hal itu? Nurtin : Begini bapa romo, kami memutuskan untuk berpisah . Roy : Tepatnya, cerai!! Rm Ben: (kaget) Apa? cerai? Bukankah perkawinan kalian masih berumur satu tahun?Dan… saya hanya bertugas untuk menikahkan kalian dan bukan untuk menceraikan. Nurtin :Bapa romo, keputusan ini memang berat. Tapi kami terpaksa mengambil jalan ini, karena sepertinya, kami tidak bisa hidup bersama lagi. (Rm Ben memperhatikan keduannya dan mengangguk-angguk penuh simpati) Nurtin : Bapa romo, meski setahun kami telah hidup bersama, saya merasa tidak mendapat cinta dan perhatian. Jujur saja romo, saya merasa ditinggalkan sendirian setiap hari di rumah, Seluruh waktu bapa dihabiskan di kantor. Saya sendiri tidak tahu, apakah sepanjang hari ia berada di sana, ataukah ke tempat lain. Ia seringkali pulang larut malam. Sebagai seorang istri, tentu saya merasa tidak diperhatikan, dinomorduakan. Hati saya teriris romo. Puncak dari semua itu, saya ditampar hanya karena saya mempertahankan harga diri dan martabat saya sebagai manusia . Roy : (Potong) Bapa romo saya lakukan itu, maksudnya menghabiskan waktu di kantor, demi kebahagiaan keluarga kami. Saya mau menunjukkan kepada istri saya bahwa saya adalah suami yang bertanggungjawab untuk menafkahi keluarga kami. Saya lakukan itu sebagai bukti cinta terhadap keluarga kami romo. Tapi sayangnya, dia tidak menyadarinya itu dan malahan menilai saya sebagai laki-laki yang bukan-bukan. Nurtin : Tapi bapa romo, tak cukup hanya uang. Saya butuh cinta dan perhatian Roy : Dan……betapa sakitnya hati saya, ketika pada suatu hari, aku pulang agak cepat dari kantor, di rumah istriku sedang ………(hening) pergi keluar, entah ke mana. Ternyata, selama ini ia lebih banyak di luar rumah untuk melakukan bisnis barang-barang rumah tangga dan mengikuti arisan-arisan. Nurtin : Saya lakukan itu karena saya merasa kesepian dan tidak mendapat perhatian. Roy : Dan romo, setelah saya cek di tetangga, mereka mengatakan bahwa ibu sering keluar rumah. Dia memiliki ojek langganan yang selalu mengantarnya ke mana-mana. Menurut tetangga, ojek itu berpenampilan rapi seperti orang kantoran. Jadi saya bisa mencurigai, jangan-jangan itu adalah laki-laki simpanan yang menyamar diri sebagai ojek untuk mengelabui para tetangga. Nurtin : Itu fitnah Romo. Tidak!!!!! Rm. : Sudah ibu, tenang..tenang !!! Nurtiin: Tidak romo! Dia yang mengabaikan saya…. Rm Ben : Sudahlah…bagaimana kita menyelesaikan persoalan ini kalau kita dalam suasana seperti ini. Begini, kalian berdua telah membentuk keluarga Katolik melalui Sakramen Perkawinan. Apakah dulu kalian dijodohkan atau dipaksakan oleh pihak lain untuk menjadi suami-istri? Nurtin : Tidak romo, sejujurnya dulu kami saling mencintai dan menyayangi satu sama lain. Tetapi dalam perjalanan waktu, semuanya itu pelan-pelan sirna. Rm. Ben : Baik, kamu secara sadar dan bertanggungjawab memutuskan untuk hidup bersama. Itu berarti kalian harus siap menghadapi segala resiko yang dihadapi. Kalian telah menerima sakramen perkawinan dan tujuan sakramen perkawinan tidak lain adalah saling membahagiakan satu sama lain. Kebahagiaan suami istri harus diusahakan, dibangun dan dikembangkan serta diwujudkan terus menerus di dalam hidup nyata. Kebahagiaan dalam hidup perkawinan, diusahakan bukan sebagai kebahagiaan dua orang yang berbeda, tetapi kebahagiaan bersama. Kerja sama itu sendiri juga menumbuhkan dan mengembangkan kesetiaan, kasih, saling pengertian dan akhirnya kebahagiaan. Saling membahagiakan ini kemudian terwujud dengan saling melengkapi dan saling menyerahkan diri antara suami istri. Nurtin : Tapi bapa romo, justru selama ini kebahagiaan itu tidak pernah hadir dalam rumah tangga kami Rm.Ben: Siapa yang harus menghadirkannya? Apakah orang lain, tetangga atau ibu mertua? Kalian sendirilah yang mesti menghadirkan kebahagiaan itu. Bukan orang lain. (jedah) Apakah kalian pernah berusaha untuk menghadirkan kebahagiaan itu dalam keluarga kamu? R&N : Tidak romo! Rm.Ben: Bukan tidak, tetapi belum. Kalian, belum mencobanya. Nurtin : Tapi apapun alasan dan pertimbangannya, saya mohon Romo, lebih baik kami cerai. Saya tidak tahan lagi hidup bersama seperti ini. Roy : Iya romo….saya juga tidak bisa hidup lagi dengan wanita model ini…. Rm Ben: Roy dan Nurtin! Bersikaplah tenang. Jangan terburu-buru mengambil keputusan. Ajaran iman kita tidak memperbolehkan adanya perceraian. Sifat perkawinan kita sebagai orang Katolik, satu dan tak terceraikan. Sifat Satu dalam perkawinan hanya terjadi untuk satu pria dan satu wanita. Perkawinan ini didasarkan pada kasih, kasih yang menyerahkan diri, yang terarah kepada yang lain. Kasih ini membuat suami istri bukan lagi dua melainkan satu. Sifat satu ini, menuntut kesetiaan suami dan istri satu terhadap yang lain. Perkawinan adalah persatuan dua pribadi yang saling mempercayakan dan menyerahkan diri, secara tetap dalam untung dan malang. Penyerahan diri yang total antara suami istri dalam perkawianan adalah pemberian diri yang penuh secara jasmani dan rohani. Maka perkawinan yang berdasarkan cinta sejati jauh dari perceraian, sebab Allah, dalam persatuan pria dan wanita, mengungkapkan kasih yang kekal kepada manusia. Perkawinan ini menggambarkan persatuan Kristus dengan GerejaNya secara tetap dan sempurna sampai akhirat. Jadi, saya sebagai pejabat gereja tentu tidak menghendaki perceraian yang kalian inginkan, apalagi hanya alasan ketidak-cocokan, kurang pengertian dan tidak adanya komunikasi Roy : Tapi Bapa romo, ada satu alasan yang kiranya memungkinkan perceraian kami ini. Bapa romo ‘khan tahu sudah satu tahun kami hidup bersama, tapi kami belum mendapatkan anak. Bisa saja dari antara kami ada yang mandul. Dan apakah kenyataan ini tidak bisa menjadi alasan yang kuat bagi kami untuk bercerai? Rm Ben: tidak semuda itu Roy. Gereja menegaskan bahwa mandul tidak bisa menjadi alasan perceraian atau membatalkan perkawinan yang sah. Perkawinan sah hanya bisa dibatalkan kalau salah satu pasang impoten/organ seksual tidak bisa berfungsi normal dalam hubungan biologis suami/istri. Hal itu pun berkaitan dengan kasus di mana, impoten dialami oleh calon suami/istri, sebelum menikah, namun baru diketahui setelah pernikahan resmi. Artinya, selama masa pacaran, mereka menyembuyikan hal ini kepada pasangannya. (jedah) Saya kira bapak Roy tidak seperti ini khan? Roy : (potong) Tidak, tidak Bapa romo. Saya laki-laki normal. Rm.Ben: Itu berarti tidak ada alasan untuk menceraikan hubungan kalian ‘khan? Nurtin: Tapi bapa romo, kami tidak bisa mengelak dan mengatasi masalah kami ini. Kami sudah tidak cocok lagi. Kami tidak bisa bertahan hidup bersama lagi. Kami cerai saja! Rm Ben: Pasangan kalian, entah Roy maupun Nurtin, bukanlah seorang dewa/dewi yang sempurna. Pasangan kita adalah manusia biasa yang punya kelemahan dan perbedaan. Kelemahan dan perbedaan ini, kalau tidak bisa diterima dan dihargai serta diolah dengan baik akan memunculkan aneka masalah. Di dunia ini, tidak ada satu pun keluarga yang tidak punya masalah. Banyak keluarga yang mengalami masalah dalam keluarganya, bahkan lebih rumit dari masalah kalian. Tetapi mereka juga berhasil dan masih tersenyum setiap hari, karena masalah itu bukan menjadi alasan bagi mereka untuk berpisah melainkan kesempatan bagi mereka untuk saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Kalau ada masalah, mereka saling membicarakannyadan berkomunikasi secara terbuka dari hati ke hati sehingga masalah dapat diatasi dengana baik. Masalah itu kemudian justru membuat mereka semakin mencintai satu sama lain. Oh yah, silakan diminum tehnya. (mereka minum) Adikl-adikku, rumah tangga adalah ibadat sebuah perahu yang sedang berlayar. Dua insan masing-masing memegang pendayung. Kalau irama dayung tidak serasi maka perahu akan berputar-putar di tempat dan tidak akan sampai di tujuan. Mereka mendayung di kiri dan kanan, sambil saling menyesuaikan irama. Kalau hanya satu orang saja yang mendayung, mungkin perahunya tidak akan sampai di pelabuhan yang teduh sesuai yang diharapkan. Diperlukan kerjasama yang erat antara kedua insan itu. Dayung itu dapatlah dibandingkan dengan komunikasi. Jadi, komunikasi yang efektif perlu dibina agar dapat merasakan apa yang dirasakan, dipikirkan, direncanakan orang lain atau pasangannya. Apakah selama ini kamu punya waktu untuk ada bersama, duduk bersama, makan bersama atau sebelum tidur untuk berkomunikasi dan membicarakan masalah yang sedang kamu alami.(Roy dan Nurtin menggeleng). Perceraian itu tidak menyelesaikan masalah. Bahkan bisa melahirkan masalah baru. Kalian akan jadi bahan omongan orang. Dalam hidup menggereja kamu pun akan mendapat halangan untuk menerima sakramen, termasuk untuk menikah lagi dengan orang lain. Saya yakin masih ada cinta di antara kalian. Nurtin : Justru di situ letak maslahnya Bapa romo. Tak ada lagi sisa cinta di hati kami. Rm.ben: Apa benar tak ada sedikit rasa cinta dan sayang antara kalian. Roy : (Melihat Nurtin) Sepertinya iya ...iya bapa romo. Rm Ben: Ok Baiklah atas nama Pribadi saya akan merestui perceraian kalian,(jedah) asal dengan syarat kalian harus membuktikan di hadapan saya, bahwa di dalam hati kalian, benar-benar cinta itu sudah mati dan tak ada sisanya lagi. (mereka mengangguk). Tunggu sebentar....(Romo masuk kamar mengambil kitab sucidan meletakannaya di atas meja. Roy dan Nurti menanti dengan penuh tanya) Rm.Ben:(Dengan keras dan tenang) lihatlah Kitab Suci ini. Di hadapan Kitab suci ini klaian telah bersumpah untuk sehidup semati. Selain itu, cincin pernihan yang ada di jari kalian adalah lambang cinta dan kesetiaan yang telah kalian ucapkan di hadapan Tuhan. Jika kalian benar-benar jujur dari hati yang paling dalam bahwa tidak ada lagi perasaan cinta satu terhadap yang lain, keluarkan cincin dari jari klaian dan letakkan kembali di atas Kitab Auci ini. Silakan. (Romo keluar. Lalu keduanya saling berpandangan. Ini adalah klimaks. Kekuatan adegan ini sangat dipengaruhi oleh improvisasi dari Roy dan Nurtin. Ada upaya untuk melepaskan, tapi ragu-ragu untuk meletakkan di atas Kitab suci.. Lalu saling berpandangan....ada suara dari luar panggung: terimalah cincin ini sebagai lambang conta dan kesetiaanku kepadaMu. Pokoknya terjadi pergulatan dalam bathin mereka...sampai romo pulang?. Rm. Ben: (Masuk dan keduanya kaget) Mengapa cincin-cincinnya belum dilepaskan juga juga???? Ah...rupanya situasi ini terlalu tegang buat kalian untuk memutuskan entah meniup atau tidak lilin bernyala ini. Karena itu, saya menonton televisi dulu, sambil menanti apakah lilin-lilin itu nanti padam atau tidak. (Romo membuka Televisi. Keduanya masih tegang, menggenggam tangan. Sesekali mencuri padang satu sama lain. Nurtin mulai meremas-rems sapi tangan dan melap matanya yang berkaca-kaca) Adegan Penyaliban Yesus di Televisi. Penyiar Tv: (Dari luar panggung) Selamat malam pemirsa. Untuk memaknai Hari Kematian Isa Almasih, kami kembali hadir dalam acara spesial buat umat Kristiani: Napak Tilas Penyaliban Yesus Orang Nazaret....(Roy dan Nurtin yang dari tadi kaku kini mendekat dan mulai memberi perhatian ke acara TV. Layar ditutup.) Narator: Penyaliban Yesus adalah sebuah tragedi kemanusiaan yang mengerikan. Ia disesah, disiksa dan dicambuki, dari rumah Pilatus menuju Golgota. (Panggung II. Adegan penyaliban dari arah penonton ke panggung. Panggung adalah Golgota. Panggung baru dibuka ketika rombongan penyaliban mendekati panggung. Yesus disiksa dan jatuh dua atau tiga kali. Ketika Yesus sudah di panggung ada adegan Yesus dipaku. Bunyi paku dan teriakan Yesus harus keras. Dan layar ditutup. Instrumen. Layar dibuka kembali setelah Yesus di atas salib. Lagu “Bagaimana ku“kan bernyanyi Viktor Hutabarat: lagu diputar sampai reff, lalu Puisi) Puisi: Darah merembes menetes Menulusri rusuk kering kerontang Ketika kebenaran dijunjung tinggi Nyawapun terpasung menajdi taruhan tunggal Engkau tergantung di palang hina Di atas cadas dan bongkahan batu kecongkakan Oleh tangan-tangan hitam berlumur darah dan murka Yang merangkul dendam dan membenci cinta Di manakah para sahabatMu? Yang pernah bermegah dalam namaMU Semuanya pergi dengan cinta diri Berlindung di balik-balik tembok kemunafikan “aku bukan murid orang itu” Sepi sunyi sendiri Hanya gumpalan awan hitam pekat Dan burung-burung gagak liar berterbangan Mengepakkan sayap-sayap duka Pada dunia yang tak bermata dan tak bertelinga Darah dan air itu, Mengaliri sungai-sungai dan samudera raya Membasahi langit dan bumi Sepanjang tikungan waktu. Tentang cinta yang tak pernah berkesudahan Engkau mati bagi kami Engkau mengorbankan nyawaMu Untuk mengubah merah dosa kami Menjadi putih bagai salju Engkau mati untuk sejuta jiwa yang mendamba selamat Hari ini, gerbang keselamatan dibuka kembali Batu besar dosa telah digulingkan Terang telah bersinar menghalau kegelapan Golgota berubah menjadi titik termulia Yang memancar aura cinta kepada semesta Tuhan, Engkau menyangkal cinta dirimu Untuk sebuah cinta yang mengabdi Buatlah kami mampu mengorbankan diri kami Untuk kebahagiaan dan keselamatan sesama. Lagu “Bagaimana ku‘kan bernyanyi Viktor Hutabarat dilanjutkan, seiring layar ditutup. Kembali ke Panggung I. Setting pastoran. (Layar dibuka pelan. Nurtin berpegangan tangan dan menunduk. Ketika romo menoleh, keduanya kaget dan melepaskan pegangannya) Rm. Ben: Kenapa cincinnya belum dikepaskan juga? (Kedua tunduk dan ada kesan mau bertobat dan membatalkan keputusan. Kedua saling padang dan memberikan kode kepada yang lain untuk meinggalkan pastoran) R&N : Romo kami mohon pamit. Rm. Ben: Tapi kalian belum melepaskan cincin-cincin kalian? (keduanya keburu pergi). Rm Ben: (memandang mereka sambil menggeleng-geleng)....semoga mereka dapat mengambil keputusan yang terbaik (lalu kembali ke tengah panggung, seolah berbicara ke arah penonton) Ya beginilah jadi imam Tuhan. Ada begitu banyak persoalan dialami umat, dari yang paling kelas ringan sampai pada kelas berat. (lalu mematikan Televisi. Instrumen dan layar pelan ditutup). Adegan keempat Setting; Panggung I. Gereja. Ada lilin paskah. Altar. Umat sekitar 6-8 orang. Di antaranya ada Roy dan Nurtin. Adegan akhir perayaan Misa malam Paskah. Layar dibuka. Rm Ben: Misa sudah selesai Aleluya, Aleluya……. Umat : Syukur Kepada Allah Alleluya…Alleluya….. Romo meninggalkan altar menuju sakristi diringi lagu penutup Kristus Bangkit kristus MuliaSetelah lagu penutup, Romo bersalaman dengan uma. Anak-anak kecil mendapat berkat dan mereka minta hadiah. Improvisasi. Lalu Romo Ben menemui Roy adan Nurtin yang sudah menunggu kedatangannnya. Romo : (Seolah-olah kagetdan nada himor) Ha…kalian belum berpisah juga kah? Nurtin : Iihh Romo…(sambil berjabatan-tangan) Maaf , kami belum ada kesempatan ke pastoran. Kami mau ucapkan terima kasih atas bantuan romo. Kalau tidak mendapat nasihat dari romo, kami tidak tahu lagi mau jadi apa sekarang. Kami menyadari akan keegoisan diri kami romo, yang mengambil keputusan tanpa pertimbangan yang matang. Pikiran dan perasaan kami dikuasai emosi, amarah serta cemburu. Setelah mendapat bimbingan dari bapa romo dengan bantuan kedua lilin itu, kami menyadari kekhilafan kami. Kami sadar bahwa masih ada cinta di hati kami yang sekian lama tidak kami sadari. Itu makanya, kami tidak melepaslan cincin-cincin ini. Roy : Lebih dari itu bapa romo, kisah penyaliban Yesus di TV sore itu, membuat kami sadar bahwa kalau Tuhan saja mau mengorbankan nyawaNya demi cinta kepada manusia, apakah kami sebagai manusia tidak bisa mengorbankan diri kami demi cinta satu terhadap yang lain. Terima kasih bapa romo (sambil mencium tangannya) Rm Ben: Berterima-kasihlah kepada Dia yang menyelenggarakan kehidupan kita. Saya hanyalah alat untuk menyalurkan kasih karuniaNya. Nurtin: Bapa Romo, kami mau berdoa di dekat lilin Paskah dulu. Rm.Ben: Silakan!! (lalu ia meninggalkan ruangan gereja) (Mereka membakar lilin-lilin mereka dengan api lilin paskah. Lalu berdiri berhadapan) Nurtin: (Kepada Roy) Papa, aku percaya, cinta sedahsyat gelombang pasang dapat menggulung dan meruntuhkan karang keangkuhan. Dan ketika aku bertemu engkau, diriku pun menjadi remuk tak berbentuk. Karena cintamu adalah jejak yang hidup di dalam diriku yang tak mungkin kuingkari. Roy : (Kepada Nurtin) Mama, engkaulah dunia terakhirku, kepada siapa aku melupakan semua dunia yang pernah kusinggahi. Aku tidak menantikan siapa-siapa lagi. Aku hanya ingin di sini bersamamu, dan itu melebihi siapapun. (Bibi Maria masuk gereja dan dari kejauhan menatap mereka penuh bahagia. R& Nurtin:(Berdoa) Tuhan Yesus, semoga dengan kebangkitanMu, kami juga dibangkitkan dari cinta kami yang egois kepada Cinta Yang Mengabdi. Amin.(Instrumen/Lagu Alleluy Handel. Layar ditutup pelan)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HARAPAN AKAN SEBUAH PERJUANGAN