Sekedar Sumbangan

Menyongsong Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei (2001)
(Oleh : A. Umar Said)

Ada satu hal yang sudah selama puluhan tahun tidak menjadi pemikiran banyakorang, yaitu gejala bahwa Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei sudah tidak lagidiperingati secara khidmat atau selayaknya sebagai peristiwa yang pentingdalam sejarah bangsa. Bagi mereka yang masih ingat kepada masa di bawahkepemimpinan Bung Karno, maka terasa sekalilah betapa besar bedanya antaraperingatan Hari Kebangkitan Nasional sebelum 1965 dengan yangdiselenggarakan selama Orde Baru. Peringatan Hari Kebangkitan Nasional yangdiselenggarakan sampai 1965 selalu sarat dengan dikobarkannya semangat untukmenghormati jasa-jasa para perintis kemerdekaan, semangat untukmempersatukan bangsa, semangat untuk bersama-sama meneruskan revolusi menujumasyarakat adil dan makmur. "Api" kebangkitan bangsa ini terasamenyala-nyala dalam kesempatan semacam itu.
Sayang sekali, bahwa justru "api" inilah yang selama Orde Baru menjaditerasa pudar, redup atau "loyo". Maka, adalah menarik (dan penting) bagikita semua untuk merenungkan mengapa timbul gejala-gejala semacam itu.Memang, selama Orde Baru ada juga berbagai peristiwa bersejarah (antaralain : Hari Pahlawan 10 November, peringatan 17 Agustus, hari SumpahPemuda, hari lahirnya Pancasila, Hari Kartini dll) yang diperingati. Namun,apakah peringatan-peringatan itu bisa menyentuh jiwa banyak orang sebagaipendidikan moral dan politik? Dan, apakah peringatan-peringatan itudiselenggarakan oleh orang-orang yang betul-betul menghayati pentingnyaperistiwa-peristiwa bersejarah itu ? Atau, apakah peristiwa itu diadakansekadar sebagai upacara ritual yang "mengambang", yang tidak berbobot, yangdangkal, dan yang sama sekali tidak berisi pesan-pesan yang berarti?
Semua soal tersebut di atas patut kita telaah. Barangkali, para pakar ilmusejarah, pakar ilmu politik, dan pakar lainnya, dapat memberikan sumbanganuntuk meneliti mengapa selama 32 tahun Orde Baru masalah-masalah sejarahperjuangan bangsa, masalah revolusi 45, masalah pendidikan moral danpendidikan politik terasa sebagai terabaikan atau terbelakang sekali.

BUNG KARNO ADALAH DILEMMA BAGI ORDE BARU
Kalau kita telusuri dengan cermat, maka akan nyatalah bahwa masa Orde Baruyang puluhan tahun adalah periode panjang yang "mandul" dalam halpendidikan moral bangsa, "gersang" dalam hal pendidikan politik bangsa,atau "steril" dalam hal pendidikan tentang pengabdian kepada kepentinganrakyat. Dengan dalih mengutamakan pembangunan, maka pendidikan politik telahdigencet selama puluhan tahun. Kasarnya, Orde Baru adalah suatu sitempolitik yang takut kepada kesadaran politik rakyat. Yang pernah dilakukanoleh Orde Baru adalah indoktrinasi politik secara otoriter dan juga salaharah, yang justru mematikan kehidupan politik yang demokratis ataukerakyatan.
Dari sudut inilah kita bisa mengerti mengapa selama puluhan tahun Orde Barutelah berusaha menghilangkan peran Bung Karno dari sejarah bangsa. Dan disini pulalah letak dilemma yang dihadapi oleh Orde Baru. Sebab, seandainyatokoh-tokoh Orde Baru mau berbicara tentang sejarah (yang benar) tentangperjuangan bangsa, maka terpaksalah mereka juga berbicara tentang peran danketokohan Bung Karno. Sedangkan, bagi Orde Baru, berbicara tentang ketokohanBung Karno (yang sebenarnya!) adalah merugikan. Sebab, Bung Karno adalahmusuh Orde Baru. Sejarah (yang sebenarnya) tentang latar belakangpenggulingan kekuasaan Bung Karno oleh para pendiri Orde Baru/GOLKAR adalahsesuatu yang tidak bisa dibangga-banggakan oleh mereka, bahkan telahditutup-tutupi, atau diputar-balikkan (tentang soal ini ada catatantersendiri).
Oleh karena itu, seperti yang kita saksikan selama puluhan tahun, Orde Barutelah menempuh berbagai cara untuk "memperkecil" peran dan ketokohan BungKarno dalam sejarah perjuangan bangsa, atau "merusak"-nya sama sekali.Antara lain dengan menyebarkan isyu tentang keterlibatannya dalam G30S, ataumengecam kedekatannya dengan PKI. Orde Baru juga menciptakan suasanasehingga para pejabat atau tokoh-tokoh masyarakat tidak berbicara ataumenyinggung nama Bung Karno dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat publik.Karena itu, selama puluhan tahun, banyak orang yang takut atau segan, atautidak mau menyinggung nama Bung Karno, ketika mereka berbicara tentangsejarah perjuangan melawan kolonialisme Belanda atau ketika bicara tentangrevolusi 45.
Sekadar sebagai contoh : adalah suatu hal yang menarik, kalau di kemudianhari bisa diadakan penelitian tentang pidato-pidato Suharto selama 30 tahunmenjabat sebagai presiden. Berapa kalikah selama itu ia pernah bicaratentang sejarah kebangkitan nasional, tentang perjuangan menentangimperialisme dan kolonialisme, tentang peran sejarah Bung Karno, tentangrevolusi 45, tentang lahirnya Pancasila?

BUNG KARNO ADALAH PROMOTOR KEBANGKITAN BANGSA
Dalam memperingati Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei, mau tidak mau kitaharus mengingat kembali perjalanan sejarah bangsa kita, yang dimulai denganlahirnya gerakan nasionalis pertama Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908,hampir seratus tahun yang lalu. Pergerakan nasional ini dipimpin oleh DokterSoetomo di Jakarta. Dengan dorongan dilahirkannya Boedi Oetomo ini, kemudianlahirlah di Surabaya dalam tahun 1912 Sarekat Islam di bawah pimpinan HajiO.S. Tjokroaminoto bersama Haji Agus Salim dan Abdul Muis. Sarekat Islamkemudian pecah menjadi SI merah dan SI putih. Dalam tahun 1912 itu lahirpula satu gerakan politik yang amat penting, yaitu Indische Partij yangdimpimpin oleh Douwes Dekker (Dr. Setiabudhi), R.M. Suwardi Suryaningrat danDr. Tjipto Mangunkusumo. Tahun 1913, partai ini dilarang oleh pemerintahkolonial Belanda dan pemimpin-pemimpinnya ditangkapi dan kemudian dibuangdalam pengasingan.
Sebagai buntut perkembangan ini, maka pada tahun 1914 lahir di Semarang satuorganisasi berfaham kiri (komunis), yaitu Indische Sociaal DemokratischeVereeniging (ISDV) di bawah pimpinan Sneevliet dan Semaun. Dalam tahun 1920(23 Mei) ISDV ini telah berobah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI),dengan pimpinan Semaun juga. Dalam perjuangan melawan kolonialisme Belanda,PKI telah mencetuskan pembrontakan di Banten, Jakarta dan Yogyakarta dalamtahun 1926, dan kemudian juga di Sumatera Barat dalam tahun 1927. Setelahpembrontakan itu ditindas oleh pemerintahan kolonial Belanda, maka ribuanpimpinan dan anggota PKI ditangkapi, dan kemudian dibuang dalam pengasingandi Tanah Merah (Digul).
Perjuangan besar PKI melawan Belanda ini, setelah mengalami penindasan hebatsekali, telah diteruskan oleh Ir Soekarno dengan mendirikan Partai NasionalIndonesia (PNI) di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927. Pimpinan PNI waktuadalah Dr. Tjipto Mangunkusumo, Mr Sartono, Mr Iskaq Tjokrohadisuryo dan MrSunaryo. Bung Karno, yang ketika masih mahasiswa di Bandung dan berumur 22tahun sudah menghadiri Kongres PKI, kemudian terus berkembang menjadiseorang pemimpin gerakan nasionalis yang Muslim dan yang berhaluan kiri.(Sekedar untuk menyegarkan lagi ingatan kita bersama : dalam tahun 1926 iasudah menulis untuk majalah Suluh Indonesia artikel tentang pentingnyapersatuan perjuangan antara pergerakan politik yang beraliran nasionalisme,agama dan marxis).
Dengan menelusuri perkembangan berbegai gerakan nasional melawankolonialisme Belanda sejak lahirnya Boedi Oetomo dalam tahun 1908 sampai1965, maka nampak nyatalah bahwa Bung Karno adalah promotor atau penerusgerakan kebangkitan nasional. Bukan itu saja. Dari apa yang sudahdiperjuangkannya sejak tahun 20-an sampai ia menjabat kepala negara,jelaslah kiranya bahwa Bung Karno telah muncul sebagai pemimpin besarkebangkitan bangsa. Gagasan-gagasan besarnya tentang kebangkitan bangsa initelah dituangkannya dalam tindakan-tindakannya, dalam tulisan-tulisannya,dalam pidato-pidatonya, singkatnya : dalam perjalanan hidupnya. Kebangkitanbangsa adalah idam-idaman Bung Karno, menuju persatuan dan kerukunan bangsademi memperjuangkan tercapainya masyarakat adil dan makmur.

GERAKAN KEBANGKITAN NASIONAL ADALAH KIRI
Dalam konteks perkembangan sejarah perjuangan melawan kolonialisme,gerakan-gerakan seperti Boedi Oetomo, Perhimpunan Indonesia (PI) diNederland, Sarekat Islam, PKI, PNI, Partindo, GAPI, Gerindo danlain-lainnya, bolehlah kiranya dikatakan bahwa semua gerakan itu berhaluankiri, atau, setidak-tidaknya memiliki aspek-aspek kiri. Sebab, dalam sejarahmodern dunia atau literatur politik dunia, kata "kiri" disebut untukmengungkapkan fikiran, sikap atau kegiatan yang menghendaki, antara lain :adanya perobahan dalam masyarakat untuk memperjuangkan keadilan sosial,melawan penindasan atau pemerasan terhadap rakyat banyak, melawankediktatoran modal atau melawan kekuasaan sewenang-wenang segolongan orangatau suatu kekuasaan politik. Dalam konteks perjuangan melawan kolonialismeBelanda, gerakan yang secara tegas atau radikal melawan Belanda waktu itutelah digolongkan kiri. Gerakan kiri ini juga termanifestasikan dalam sikap"non-koperasi" (tidak mau kerjasama) dengan pemerintahan kolonial.
Dengan pengertian itu maka bisa dilihat bahwa perjuangan nasional melawankolonialisme Belanda yang dipimpin oleh Bung Karno sejak tahun 1927 adalahgerakan kiri. Oleh karena itu pulalah Bung Karno (bersama-samakawan-kawannya yang lain) dianggap berbahaya oleh pemerintah Belanda, dankemudian harus ditangkap, diadili, dipenjarakan dan kemudian dibuang dalampengasingan. Demikian juga halnya dengan PNI, yang karena dianggap berbahayamaka dinyatakan sebagai partai terlarang, dan harus dibubarkan.
Oleh karenanya, dalam perjuangan bangsa Indonesia melawan kolonialismeBelanda kata "kiri" mempunyai arti yang terhormat di kalangan kaumpergerakan. Ini berlainan dengan kata "kanan" yang mempunyai konotasi yangnegatif (umpamanya konotasi : sikap tidak tegas, sikap penakut,plintat-plintut, sikap "lunak" atau condong "kompromi", bahkan ketaklukanatau pengkhianatan). Wajarlah kalau, pada waktu itu, para ambtenaar"inlander" (orang-orang Indonesia yang bekerja-sama dengan pemerintahkolonial Belanda) menganggap orang-orang kiri sebagai orang-orang yangjahat.
Pengertian yang sama juga bisa ditrapkan kepada peristiwa bersejarahlainnya, yaitu pembrontakan PKI tahun 1926. Bagi mereka yang berjuangmelawan kolonialisme Belanda, peristiwa ini mendapat tempat yang terhormatdalam hati. Sebab, ini adalah manifestasi gerakan kiri yang menonjol, yangkemudian telah memberikan inspirasi bagi kelanjutan perjuangan bangsaselanjutnya. Pembrontakan PKI tahun adalah bagian penting dari sejarahkebangkitan nasional, dan telah memberikan sumbangan penting pula kepadakebangkitan bangsa.
Dalam rangka memperingati HUT ke-100 Bung Karno patutlah kiranya sama-samakita ingat bahwa Bung Karno mempunyai peran sejarah yang penting dalammeneruskan, mengembangkan dan memimpin kebangkitan nasional yang dimulai 20Mei 1908. Buku "Dibawah Bendera Revolusi" jilid pertama dan kedua, sertapidato-pidatonya yang lain, memantulkan dengan jelas gambaran betapa"gandrung"-nya (cinta-besarnya) kepada kebangkitan bangsa.
Sebaliknya, mohon sama-sama kita renungkan, betapa sedihnya bagi bangsa kita(termasuk bagi generasi yang akan datang) bahwa sejarah kebangkitan bangsayang dipimpin oleh Bung Karno ini, telah secara besar-besaran dan juga dalamjangka lama, mengalami "de-politisasi", atau "de-sukarnoisasi" atau"de-revolusi". Mohon juga sama-sama kita tafakurkan, betapa sedihnya bahwaselama puluhan tahun ini Hari Kebangkitan Nasional ini telah diperingatisecara hambar, secara dangkal, secara palsu, atau secara kosong-jiwa. Initidak hanya di Jakarta saja, melainkan juga di daerah-daerah atau dikota-kota kecil. Juga betapa sayangnya, bahwa tidak banyak tulisan-tulisandalam media pers, yang berani (atau yang mau!) mengangkat peran sejarah BungKarno yang cukup penting sebagai penerus atau pendorong kebangkitan bangsa.Dalam hal ini, dosa para pendukung setia Orde Baru adalah besar sekali.

BUNG KARNO YANG "KIRI" DIMUSUHI ORDE BARU
Dari sejarah penggulingan Bung Karno oleh para pendiri Orde Baru/GOLKAR,yang latar-belakangnya mulai terbuka sedikit demi sedikit, maka jelaslahbahwa ia telah dihancurkan oleh kekuatan-kekuatan tertentu dalamnegeri (dansekaligus juga oleh kekuatan-kekuatan luarnegeri) disebabkan oleh pendirianpolitiknya, gagasan-gagasannya dan cara berfikirnya. Dalam berbagaikesempatan, sejak umur 25 tahun, ia menyatakan bahwa ia adalah seorangnasionalis, yang sekaligus juga seorang penganut agama Islam, dan yangmenggunakan metode berfikir marxis dalam memandang berbagai persoalanmasyarakat dan bangsa.
Pendiriannya atau cara berfikirnya inilah yang telah membikin Bung Karnomenjadi tokoh besar sejak ia menulis dalam Suluh Indonesia (1926) tentanggagasannya yang kemudian menjadi konsep NASAKOM di kemudian hari, sejak iamengucapkan pidatonya yang bersejarah "Indonesia Menggugat", sejak iamendorong lahirnya Sumpah Pemuda (1928). Pendiriannya atau cara berfikirnyainilah yang menyebabkan ia dipenjara dan kemudian dibuang dalam pengasingan.Pendiriannya atau cara berfikirnya ini pulalah yang telah melahirkanPancasila, yang melahirkan Konferensi Bandung, yang membikin terdengarnyapidatonya "To Build The World Anew" di PBB, yang menyerukan "Go to Hell WithYour Aid" kepada AS, yang melahirkan Dekon (Deklarasi Ekonomi), yangmelahirkan Manipol. Juga, pendiriannya atau cara berfikirnya inilah yangmengucapkan pidatonya "Yo sanak yo kadang, malah yen mati aku sing kelangan"(Ya saudara, ya keluarga, kalau mati saya ikut kehilangan) di depan resepsiKongres ke-6 PKI (1959) di Jakarta.
Bagi pengamat sejarah atau pengamat politik, atau siapa saja yang menaruhminat kepada sejarah perjuangan Bung Karno ada satu hal yang menarik tentanggandrungnya atau komitmennya yang besar kepada kebangkitan bangsaIndonesia. Dalam setiap pidato "17 Agustus"-nya sejak 1958 sampai 1965,Bung Karno makin lama makin banyak menyebut "revolusi" , "perjoangan" atau"revolusioner". Mungkin dalam sejarah modern dunia, jarang ada kepala negaraatau pemimpin bangsa yang berbicara soal pentingnya revolusi sesering yangdibicarakan oleh Bung Karno. (sekadar perbandingan : Kemal Attaturk? GamalAbdul Nasser? Jawaharlal Nehru? Mao Tse-tung? Dr. Kwame Nkrumah? ).
Yang berikut adalah ajakan penulis kepada para pembaca untuk mencobabersama-sama menjabarkan satu gejala yang unik. Yaitu ke-"unik"-an BungKarno dalam usahanya untuk terus-menerus membangkitkan bangsa, seperti yangtercermin dalam pidato kenegaraannya 17 Agustus 1964, yang terkenal denganjudul TAVIP (Tahun Vivere Pericoloso, atau "Hidup Menyerempet-rempet Bahaya"). Dalam pidatonya yang cukup panjang itu, Bung Karno telahmengucapkan kata-kata : "revolusi" lebih dari 140 kali, "revolusioner"lebih dari 30 kali, "rakyat" lebih dari 80 kali, "imperialis" lebih dari 30kali, "perjuangan" lebih dari 20 kali, "Nasakom" lebih dari 7 kali, "buruh"lebih dari 10 kali, "tani" lebih dari 12 kali.
Kalau direnungkan dalam-dalam, maka memang luarbiasa Bung Karno kita ini !Dengan membaca kembali pidato TAVIP-nya Bung Karno itu (jugapidato-pidatonya yang lain), maka nyatalah bahwa Bung Karno selalu berusahamembangkitkan bangsa Indonesia, untuk menjadi bangsa yang besar, bangsa yangbersatu dalam kerukunan, yang rukun dalam perbedaan, yang bergotong-royongdalam perjuangan di bawah lambang Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila (yangasli !!!). Ia telah bisa membangkitkan bangsa, sejak muda, dengankonsep-konsep perjuangan yang berjiwa revolusioner kiri.
Bung Karno menjadi tokoh besar, baik dalam tingkat nasional maupuninternasional, berkat gagasan-gagasannya yang berjiwa kiri, yang konsekwenmengabdi kepada kepentingan rakyat dan bangsa, yang melawan imperialisme danneo-kolonialisme beserta kakitangan mereka di dalamnegeri. Karena itulahmaka Bung Karno dianggap berbahaya dan telah dijatuhkan oleh para pendiriOrde Baru/GOLKAR dan sekaligus juga oleh kekuatan-kekuatan asing (tentangsoal ini ada catatan tersendiri).
Sejak digulingkannya Bung Karno dari kepemimpinan nasional, maka "mandeg"-lah kebangkitan bangsa selama puluhan tahun. Seperti yang bisadisaksikan dewasa ini, apa yang terjadi selama Orde Baru adalah keterpurukanbangsa, kemerosotan moral secara besar-besaran atau kerusakan budi-pekertiyang menyeluruh di segala bidang, terutama di kalangan "elite", baik yang dieksekutif, legislatif, judikatif, maupun di sebagian kalangan intelektualdan kebudayaan.
Perkembangan kehidupan politik akhir-akhir ini membuktikan dengan jelasbahwa gerakan ekstra-parlementer yang kuat dan besar diperlukan sekali untukmencegah berkelanjutannya proses pembusukan bangsa. Dari praktek-prakteksebagian terbesar partai-partai politik kelihatan nyata sekali bahwa tidakbanyaklah yang bisa diharapkan lagi dari mereka akan adanyaperbaikan-perbaikan yang fondamental. Sebagian terbesar para anggota DPR,yang mewakili partai-partai hasil pemilu yang lalu, sudah diragukan olehbanyak orang tentang legitimasi mereka untuk berbicara atas nama rakyat.Sisa-sisa kekuatan Orde Baru masih bercokol di mana-mana.
Dalam situasi yang begini rumit dan parah di segala bidang, yang ditimbulkanoleh kebobrokan sistem politik Orde Baru/GOLKAR selama lebih dari 32 tahun,maka peran gerakan ekstra-parlementer untuk membangkitkan kembali bangsaadalah penting sekali. Adalah menggembirakan bahwa akhir-akhir ini berbagaigerakan mahasiswa, gerakan pemuda, gerakan buruh, gerakan tani, perkumpulanseniman dan budayawan, LSM atau Ornop sudah terus-menerus melancarkanberbagai aksi lewat segala macam cara dan bentuk dan di beraneka bidang.
Dalam memperingati Hari Kebangkitan Nasional yang akan datang, adalah perlusekali untuk mengenang kembali jasa dan peran Bung Karno dalammembangkitkan bangsa. Jiwa besar Bung Karno dalam terus-menerusmembangkitkan bangsa dapat dijadikan sumber inspirasi bagi perjuanganberbagai golongan dewasa ini untuk meneruskan reformasi. Makin terasasekalilah, sekarang ini, bahwa suara Bung Karno perlu didengar lagi olehsebanyak mungkin orang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

IKAMARTIM UDAH DIBENTUK