Tentang KASIH di masa Pandemi

Semilir angin yang bertiup di pagi itu, membuat sosok itu sedikit terhanyut dalam pikirannya yang silih berganti memikirkan inovasi baru untuk bisa dipublikasikan di portal rumah belajar . Begitu banyak hal yang bergentayangan di pikiran sosok itu. Gawai yang dipegangnya, seolah ingin bertanya, ada apa gerangan? namun sayang gawai itu hanya bisa berkedip dan memancarkan sinar saat jemari sosok itu menyentuhnya. Sosok itu sungguh menikmati sejuknya berteduh di bawah pohon Kusambi Pancasila, yang baru diberi nama beberapa pekan lalu, sambil asyik berselancar di Chrome yang ada dalam gawainya. Begitu menikmati. Tiba-tiba, sosok itu dikagetkan oleh sosok lain yang mengajaknya untuk masuk, sambil berbisik, Ayo, kegiatannya akan dimulai! Tombol power pun ditekan perlahan, dan gawai meredupkan layarnya, seakan berkata "sampai jumpa lagi". Tak ada seorangpun siswa di sana, sosok itu sadar, bahwa sekarang masa pandemi. Covid-19 sungguh kejam, membuat hiruk pikuk di bawah pohon Kusambi Pancasila dulunya berubah jadi sunyi. Perbincangan dengan siswa berubah menjadi tatap gawai. sungguh tak ada timbal balik. Tak ada canda tawa. bersentuhan juga seperti aib, seolah di kepala sosok yang dilihat terpampang symbol tanda larang. ah, seperti lagi berseteru di film Zombie, atau mungkin lagi melakonkan peran tunggal dalam sebuah film horor. Sungguh sunyi. Dimanakah sosok-sosok yang dulunya hiruk pikuk dengan seragam abu-abu di sekitar pohon Kusambi Pancasila? sosok itu ingat, bahwa mereka sekarang sedang berada di rumah masing-masing. Seperti dalam permainan petak umpet, sosok itu pun tak mengetahui mereka lagi berbuat apa saat ini. Apakah mereka bersembunyi? ataukah mereka lagi berperang? ataukah mereka lagi berserah diri? There is no answer. Hanya saja gawai yang tadi kadang memberi tahu mereka saat ini sedang apa, lewat sesuatu yang dia bilang notifikasi, dan dengan percaya diri berdering di tengah kesunyian. Dasar gawai. Rindu akan sosok-sosok berpakaian abu-abu itu membuat sosok itu untuk bisa menjalin komunikasi, dan menanyakan kabar mereka saat ini. Apakah mereka harus melewati masa-masa sekolah mereka tanpa mengetahui apapun tentang pendidikan? kasihan mereka, kasihan bangsa ini kalau membiarkan generasinya tak memiliki kompetensi apapun. Dengan semangat, sosok itu pun berkumpul bersama sosok-sosok lainnya yang memiliki rasa yang sama terhadap sosok abu-abu, dengan tetap mengikuti protokol pemerintah. Sosok-sosok itu berdiskusi tentang apa yang akan mereka lakukan. Karena kasih akan sosok-sosok abu-abu itu, akhirnya sosok-sosok itupun menerapkan pembelajaran Online lewat aplikasi zoom dan Google Classroom. sosok-sosok itu tidak hanya berdiskusi, tapi langsung mengaplikasikan apa yang dibicarakannya. Ternyata, betul bahwa sosok-sosok abu-abu itu merindukan sosk-sosok itu. Hal itu dilihat dari begitu antusiasnya mereka menanggapi apa yang dibuat oleh sosok-sosok itu. Hari menjelang senja, daun Kusambi Pancasila mulai terlihat memerah, ternyata karena pantulan sunshet yang mengena daun-daun itu. Angin pun mulai berhembus agak cepat, pohon Kusambi Pancasila bergoyang, seakan-akan dia lagi senang dengan apa yang dilakukan sosok-sosok itu. Ah indahnya berbagi, dan itu semua karena KASIH. Salam kasih dari sosok itu. #withlove #PusdatinKemendikbud #PembaTIK2020 #DutaRumahBelajar2020 #RumahBelajar2020 #BerbagiTIK https://belajar.kemdikbud.go.id/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HARAPAN AKAN SEBUAH PERJUANGAN