SAATNYA INDONESIA HARUS PUNYA IDOL Oleh: Damasus Hans Satu

Keberadaan Indonesia sebagai salah satu negara demokrasi di dunia haruslah diakui bahwa hal itu melalui perjuangan yang panjang. Sebagai negara demokrasi, Indonesia juga harus mengakui peran serta rakyatnya yang merupakan elemen terpenting dalam pembentukan suatu negara. Dalam hal ini rakyat bukan hanya dari satu kalangan saja. Oleh karena itu pandangan yang mengarah pada diskriminasi terhadap kalangan tertentu haruslah dibuang jauh-jauh. Melihat suatu kenyataan, hendaklah jangan dilakukan secara sepihak. Pandangan haruslah bersifat universal dan transparan. Berbicara mengenai negara dan kekuasaan yuridis, tentu sangat berkaitan dengan partai politik yang merupakan basis terbentuknya suatu hirarki kepemimpinan. Pada Kompas (18/08) yang berdasarkan pada jajak pendapat, dipaparkan bahwa perekrutan parpol kebanyakan tidak sesuai dengan mulianya suatu tujuan dari parpol, lebih dari 50 % respon yang menganggap bahwa dalam perekrutan parpol banyak penyelewengan terjadi, seperti sikap parpol yang diskriminatif, tidak transparan, mengutamakan popularitas, mengutamakan kekerabatan. Bahkan banyak respon yang setuju kalau parpol mengutamakan kepemilikan modal, sehingga timbul pemikiran kalau menjadi wakil rakyat itu adalah suatu investasi yang suatu saat akan menghasilkan laba yang berlipat ganda. Lalu bagaimana dengan perekrutan caleg dari luar parpol seperti dari kalangan artis? Bagi masyarakat Indonesia adalah suatu polemik baru yang menimbulkan pro dan kontra. Tapi sebenarnya pro dan kontra tentang perekrutan caleg dari kalangan artis adalah suatu hal yang tidak mesti terjadi. Pernyataan ini timbul karena untuk seorang caleg sudah diberikan aturan-aturan tertentu agar bisa dicalonkan, jadi selama caleg tersebut masih mengikuti dan sesuai prosedur, kenapa dipermasalahkan? Karena yang terpenting adalah dia bisa menyalurkan aspirasi rakyat dan bisa menjadi perpanjangan tangan rakyat. Caleg mesti jadi Idola Pertentangan tentang keberadaan artis dalam perekrutan oleh parpol, terjadi karena berbagai pandangan yang sempit tentang kemampuan yang dimiliki oleh beberapa kalangan artis. Selain karena itu pertentangan terjadi karena adanya parpol yang secara gamblang mengaku merekrut artis demi popularitas belaka, sehingga idola yang timbul karena skenario yang bagus dan gampang diingat masyarakat yang nota bene memiliki SDM yang rendah. Banyak masyarakat yang tidak mengenal idola yang sesungguhnya. Misalkan saja dalam pemilihan ada nama caleg no 1. Adalah Andi Malarangeng, dan caleg no. 2 adalah Saiful Jamil. Rakyat yang tidak tahu menahu tentang AM, pasti memilih SJ, karena yang sudah tenar adalah SJ. Tapi dalam hal ini parpol harus bisa melihat kondisi masyarakat. Parpol hendaknya jangan menipu masyarakat, karena parpol telah dipercaya keberadaannya oleh masyarakat. Parpol harus jujur dalam merekrut dari semua kalangan, dengan sarat bukan untuk mencari popularitas belaka ataupun hal-hal lain diluar tujuan parpol itu sendiri. Apabila parpol ingin agar terus dipercaya masyarakat, parpol harus berlomba menjadi idola masyarakat, begitu juga para calegnya. Idola masyarakat bukan berarti dari satu segi saja. Yang menjadi idola masyarakat adalah orang yang ingin menciptakan negara ini menjadi aman, makmur, dan sejahtera dengan memperhatikan kesusahan yang diembani rakyat. Dalam hal ini, masyarakat tidak mengidolakan caleg atau parpol yang tidak cinta kedamaian. Jadi parpol tidak semestinya berlomba untuk menciptakan konflik intern atau ekstern parpol, tapi berlombalah untuk menciptakan kedamaian. Itulah idola yang sesungguhnya, jadi sudah saatnya indonesia harus memiliki idola, bukan hanya idola karena skenario film atau sinetron, tetapi idola yang sesungguhnya. Indonesia dan rakyatnya bukanlah hal yang bersifat maya. Indonesia dan rakyatnya itu nyata, jangan jadikan seperti sebuah ilusi. Masyarakat Indonesia tidak melarang parpol merekrut caleg dari kalangan artis, tapi masyarakat Indonesia menghendaki agar siapa saja, entah dia dari kalangan artis atau kalangan sudra sekali pun, yang penting dia mampu menjadi perpanjangan tangan rakyat, dan mau menjadi pahlawan untuk rakyatnya, serta lumbung bagi kesejahteraan rakyatnya. Modalnya hanya berjiwa patriotisme, bukan ekonomisme.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

IKAMARTIM UDAH DIBENTUK