Rabu, 16 Juli 2008

ARTIKEL BARU IKAMARTIM

PENEBANGAN HUTAN DI DAERAH MANGGARAI TIMUR.
”Paradigma, Kebutuhan Dan Kemiskinan”
Oleh: Karel K. Arsima

Pada zaman dulu hutan dipandang sebagai tempat yang keramat dan sakral. Bahkan hutan diyakini sebagai tempat berdomosilinya dewa-dewa atau nenek moyang. Paradigma yang naturalis, lama kelamaan akan berubah karena perkambangan yang berdampak pada kebutuhan. Cara pandang yang mengandalkan mono fungsi hutan dikarenakan kemiskinan.

Manusia adalah salah satu ekosistem dalam lingkungan hidup dan mempunyai peran yang sangat urgen untuk menjaga dan melestarikan lingkungan yang sehat dan indah. Masalah lingkungan hidup menjadi problematika yang sangat kompleks karena lingkungan hidup berbicara tentang relasi antara manusia dan manusia, manusia dengan alam, manusia dengan hewan. Hubungan timbal balik antara mahluk hidup sangat dibutuhkan. Sangat ironis sekali ketika suatu mahluk hidup tidak membutuhkan mahluk yang lain, contoh: manusia membutuhkan tumbuh-tumbuhan untuk bernafas, papan dan lain-lain. Keterikatan antar makhluk membawa keutuhan dan kelestarian di lingkungan hidup.
Tindakan yang dilakukan manusia terhadap tumbuhan selama ini memberikan indikator bahwa manusia semakin tidak menghargai hubungan timbal balik seperti yang diterangkan diatas. Hal ini dinyatakan dalam fenomena yang terjadi sekarang ini, seperti yang dilakukan oleh warga manggarai timur menebang hutan untuk membuka lahan pertanian. Keistimewaan yang dipandang sebagai makhluk yang derajatnya lebih tinggi dari makhluk yang lain kini dihancurkan dengan menebang hutan. Kita ketahui bahwa hutan mengandung multi fungsi, seharusnya manusia sebagai makhluk yang berakal budi diharapkan memelihara hutan dengan baik untuk mengapresiasikan lingkungan yang kondusif. Mau dibilang apa masyarakat telah menebang hutan secara tragis, tanpa mempertimbangkan akibat dari perbuatannya secara temporer. Memang saat sekarang akibat dari penebangan hutan tersebut belum dirasakan tetapi akan dirasakan oleh anak cucu, seperti yang dislogankan oleh Soesianto, ”Lestarikan alam demi anak cucu kita”.
Manggarai timur mayoritas masyarakatnya berpekerjaan sebagai petani, dan tingkat pendidikannya mayoritas lulusan Sekolah Dasar dan tidak lulus SD. Untuk mempertahankan hidupnya dengan bercocok tanam, baik berladang maupun di sawah. Peristiwa yang dilandai oleh warga ” penebengan hutan” suatu fenomena yang biasa dalam masyarakat yang bercocok tanam, namun akibat dari penebangan tersebut membawa penderitaan yang sangat kompleks baik yang diderita oleh warga manggarai timur maupun diluar manggarai timur. Berlatar belakang pendidikan yang sangat minim sehingga perbuatan yang tragis itu tidak sempat dipertimbangan terhadap akibat jangka panjang. Yang ada dibenak mereka adalah yang terpenting sekarang saya dapat makan untuk mempertahankan hidup. Dari peristiwa ini siapa yang disalahkan? Tanya kepada rumupt yang bergoyang, kata Iwan Fals.

PARADIGMA MASYAKAT
Ketika mengkaji lebih dalam masalah kebutuhan hidup menjadi sandaran hati setiap insan, bahkan tidak mempedulikan efek yang dialami berikutnya. Penebangan hutan yang dilakukan oleh warga manggarai timur bermula dari kebutuhan. Paradigma warga terhadap hutan sebagai tempat yang sakral sehingga menimbulkan paradigma immanen atau hoistis. Paradigma ini secara jelas menciptakan hubungan keserasian, keseimbangan dan keselarasan antara manusia dan lingkungannya. Sifat keseimbangan alam masih dapat dipertahankan berkat masyarakat masih menganut pandangan yang didasari pada kaidah-kaidah hidup, tradisi atau kebiasaan yang bersifat mithos dan mistis. Cara pandang seperti ini dianut oleh warga manggarai timur ketika kebutuhan hidup dengan mudah untuk melengkapinya. Namun pada zaman yang sekarang ini, dimana jumlah penduduk dari tahun ketahun semakin meningkat akan berpengaruh pada tingkat perekonomian masyarakat. Sebelumnya untuk memenuhi kebutuhan hidup begitu sangat mudah untuk memenuhinya tetapi yang terjadi sekarang berkompetitif begitu ketat. Contoh: pada zaman dulu mendapatkan beras setiap bulan dengan mudah karena setiap keluarga memiliki areal sawah yang sangat luas, ketika jumlah keluarga semakin bertambah maka luas sawah yang besar tadi dibagi lagi kesetiap jumlah anak, saat sekarang untuk mendapatkan beras untuk memenuhi kebutuhan sebulan tidak cukup dengan sawah yang telah dibagi tadi oleh karena itu warga mencari tempat yang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya setiap bulan (membuka lahan baru: penebangan hutan)
Paradigma masyarakat manggarai timur berubah menjadi pandangan yang transenden. Paham ini pada umumnya cenderung memandang lingkungannya bukan lagi sebagai bagian (subsistem) yang tidak terpisahkan, bahkan lingkungannya telah dipandang sebagai obyek yang dapat dieksploitir semaksimal mungkin. Warga manggarai timur semakin menutup diri dari hubungan keserasian, keselarasan dan keseimbangan dan seterusnya berusaha untuk memusatkan ekosistemnya pada dirinya. Lahirnya pandangan yang semacam itu tidak perlu disangkal karena setiap insan menyadiri bahwa dia sebagai makhluk yang dibekali akal, pikiran dan kemampuan lain. Namun penyadaran diri setiap warga tidak diimbangi oleh kemampuan sumber daya manusia (SDM). Kecenderungan yang muncul disetiap warga adalah perasaan egoisme dan individualisme. Seseorang denga orang lain mulai apatis, tidak mau tau persoalan-persoalan dan situasi yang dihadapi pihak lain.
Perubahan cara pandang masyarkat manggarai timur terhadap lingkungan diakibatkan semakin meningkatnya kebutuhan hidup setiap hari. Entah dengan cara apapun mereka berusaha untuk mencapai tuntutan hidup, yang ada dibenak mereka bahwa hutan sebagai sandaran hidup untuk membuka lahan. Apalagi didasari oleh secara historis bahwa dihutan tersebut nenek moyang mereka pernah membuka kampung dan lahan. Pertimbangan semakin kuat untuk menuntut warisan nenek moyang (ahli waris), tidak berpikir luas akibat pengerusakan ekosistem yang ada dihutan tersebut seperti: kayu, binatang, dan tanah.

KEBUTUHAN
Tuntutan hidup menjadi aspek utama manusia bahkan telah digariskan dalam UUD 1945 bahwa setiap orang berhak untuk mempertahankan hidupnya (pasal 28 A). Tuntutan hidup setiap manusia relatif artinya tuntutan itu beranekaragam sesuai dengan gaya hidup. Hal yang menjadi wajib dalam hidup ketika sesuatu dipandang menjadi suatu kehidupan, bahkan ketidaktercapainya kebutuhan membawa pada kehidupan krisis. Pandangan setiap orang terhadap kebutuhan menjadi komponen yang urgen untuk memwujudkan keperkasaan atau kematangan.
Penebangan hutan yang terjadi didaerah manggarai timur berawal dari tuntutan kebutuhan hidup. Tingkah laku masyarakat manggarai timur telah membawah dampak besar terhadap ketahanan atau daya dukung lingkungan (enviroment carrying capacity). Aksi dan tingkah laku berupa pemenuhan kebutuhan dasar dan rupa-rupa kebutuhan lain sampai pada keinginan-keinginan yang variatif. Manusia sebagai salah satu ekosistem yang mempunyai derajat yang teristimewa untuk menjaga dan mempertahankan ekosistem yang lain kini sudah berbalik menjadi penguasah terhadap ekososistem yang lain dilingkungan. Masyarakat yang menebang hutan sebenarnya tidak bisa disalahkan, karena pola pikir mereka, wawasan, pengalaman yang masih dilokomotif oleh paradigma konvensional yakni tanah satu-satunya yang mampu untuk mempertahankan hidup. Tanah yang luasnya sangat terbatas sementara jumalah keluarga semakin bertambah dan kebutuhan semakin meningkat maka yang dialami adalah pemenuhan kebutuhan dengan berdalih pada sejarah tanah (kebun atau kampung nenek moyang kami) akan menjadi senjata dalam penebangan hutan.
Hutan didaerah manggarai timur mengandung multifungsi, kini dihancurkan oleh alasan pemenuhan kebutuhan. Kerusakan hutan akan berinfiltrasi pada masa yang akan datang. Yang menjadi pertanyaan reflektif, hutannya habis bagaiman anak cucu kita? Hutannya rusak bagaimana lingkungan kita?. Beranjak dari pertanyaan itu diharapkan menggugah dalam hati dan bisa memformulasikan kembali paradigma yang konvensional.

ADA APA DENGAN PENEBANGAN HUTAN?
Tingkah laku setia manusia tidak terlepas dari tingkat perekonomian. Problematika yang dihadapi oleh masyarakat manggarai timur tidak terlepas dari masalah kemiskinan. Kemiskinan yang dimaksud dalam tulisan ini sangat luas seperti: kemiskinan SDM, ekonomi, sosial, budaya. Relevansi kemiskinan dan kondisi lingkungan akibat penebangan hutan dimanggarai timur dapa diidentifikasi menjadi empat penyebab dan disebutkan menjadi ”Empat K” atau ”The 4 P” yaitu kemiskinan (poverty), kependudukan (population), kekotoran atau kerusakan (pollution), dan kebijaksanaan (politie). Yang pertama: masyarakat manggarai timur secara umum tergolong angka kemiskinan sangat tinggi (ingat kemiskinan itu luas), akibat kemiskinan itu dapat menghantui masyarakat untuk mempertahankan hidup dengan membuka lahan baru atau menebang pohon dihutan untuk membuat papan atau balok. Kemiskinan wawasan dapat membuntu prospek kedepan fungsi hutan. Sehingga akibat kemiskinan itu dapat membunuh masa depan baik dari pelaku maupun generasi penerus (anak cucu). Yang kedua: kependudukan (population), jumalah penduduk yang kian tahun semakin bertambah sangat dirasakan dengan banyaknya penduduk yang berada dikampung (pengalaman penulis). Jumlah penduduk di daerah manggarai timur semakin bertambah dimotori oleh slogan klasik ” banyak anak banyak rejeki’ sehingga angka kelahiran setiap keluarga semakin bertambah. Yang ketiga: kerusakan (pollution), perubahan yang sangat mendasar yang dirasakan secara alami adalah perubahan suhu yang semakin panas. Terjadi perubahan suhu tersebut teriring dengan banyaknya hutan yang ditebang oleh warga. Bahkan beberapa tahun terakhir ini terjadi peristiwa yang gempar sampai tingkat nasional maupun internasional yaitu longsor. Dan peristiwa tahun 2002: banyak warga yang tewas akibat mempertahankan hidup (penebangan hutan) yakni baku tembak dengan aparat keamanan. Kerusakan yang dalami bukan hanya situasi alam tetapi lingkungan secara universal.
Yang keempat: kebijaksanaan (politice), dalam hal ini kebijaksanaan yang dikelurkan oleh pemerintah tentang tindakan preventif dan persuasif terhadap perbuatan masyarakat yang menebang hutan. Hutan yang dipandang sebagai tempat yang sakral kini berubah menjadi tempat mainan kebijakkan pemerintah dalam berpolitik. Penebangan hutan yang dilakukan oleh masyarakat manggarai timur mengalami kontroversi ditingkat pemerintah dimana ada yang mendukung dengan dalih bahwa dihutan tersebut dulu pernah didirikan kampung nenek moyang masyarakat dan pemenuhan kebutuhan. Dan ada yang tidak mendukung dengan dalih untuk menyelamatkan lingkungan hidup yang harmonis.
Tulisan ini dapat diharapkan oleh penulis dapat membuka mata bagi setiap pembaca untuk mengubah paradigma kita dalam memandang lingkungan hidup. ”Lingkungan aman terasa nyaman, lingkungan kotor terasa jorok, lingkungan bersih merasakan kesehatan”.

Kamis, 10 Juli 2008

IKAMARTIM UDAH DIBENTUK

Ikatan Keluarga dan Mahasiswa Manggarai Timur di Malang sudah terbentuk pada Minggu, 6 Juli 2008.
Kekompakan anak-anak Manggarai Timur yang ada di Malang Raya sudah mewujudkan suatu hasil yang patut dibanggakan. organisasi yang besar terbentuk dalam musyawarah yang begitu panjang.
Dari hasil musyawarah, mahasiswa manggarai Timur telah memilih beberapa pemimpin organisasinya, Kesepakatan bersama telah memilih Sipri (Golo Mongkok) sebagai ketua Ikamartim, Servas sebagai wakil, Karel dan Martoi Pangul sebagai Sekretaris I dan II, dan Bendaharanya saudari Eti. Semuanya dipilih berdasarkan atas asas demokrasi, sebagaimana asas yang dianut oleh negara kita.
Momen yang berharga ini patut untuk dikenang sebagai basis bagi organisasi untuk bisa berjalan ke depan menapaki keberadaannya di dunia.proficiat bagi para kandidat yang terpilih.

Rabu, 28 Mei 2008

Sekedar Sumbangan

Menyongsong Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei (2001)
(Oleh : A. Umar Said)

Ada satu hal yang sudah selama puluhan tahun tidak menjadi pemikiran banyakorang, yaitu gejala bahwa Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei sudah tidak lagidiperingati secara khidmat atau selayaknya sebagai peristiwa yang pentingdalam sejarah bangsa. Bagi mereka yang masih ingat kepada masa di bawahkepemimpinan Bung Karno, maka terasa sekalilah betapa besar bedanya antaraperingatan Hari Kebangkitan Nasional sebelum 1965 dengan yangdiselenggarakan selama Orde Baru. Peringatan Hari Kebangkitan Nasional yangdiselenggarakan sampai 1965 selalu sarat dengan dikobarkannya semangat untukmenghormati jasa-jasa para perintis kemerdekaan, semangat untukmempersatukan bangsa, semangat untuk bersama-sama meneruskan revolusi menujumasyarakat adil dan makmur. "Api" kebangkitan bangsa ini terasamenyala-nyala dalam kesempatan semacam itu.
Sayang sekali, bahwa justru "api" inilah yang selama Orde Baru menjaditerasa pudar, redup atau "loyo". Maka, adalah menarik (dan penting) bagikita semua untuk merenungkan mengapa timbul gejala-gejala semacam itu.Memang, selama Orde Baru ada juga berbagai peristiwa bersejarah (antaralain : Hari Pahlawan 10 November, peringatan 17 Agustus, hari SumpahPemuda, hari lahirnya Pancasila, Hari Kartini dll) yang diperingati. Namun,apakah peringatan-peringatan itu bisa menyentuh jiwa banyak orang sebagaipendidikan moral dan politik? Dan, apakah peringatan-peringatan itudiselenggarakan oleh orang-orang yang betul-betul menghayati pentingnyaperistiwa-peristiwa bersejarah itu ? Atau, apakah peristiwa itu diadakansekadar sebagai upacara ritual yang "mengambang", yang tidak berbobot, yangdangkal, dan yang sama sekali tidak berisi pesan-pesan yang berarti?
Semua soal tersebut di atas patut kita telaah. Barangkali, para pakar ilmusejarah, pakar ilmu politik, dan pakar lainnya, dapat memberikan sumbanganuntuk meneliti mengapa selama 32 tahun Orde Baru masalah-masalah sejarahperjuangan bangsa, masalah revolusi 45, masalah pendidikan moral danpendidikan politik terasa sebagai terabaikan atau terbelakang sekali.

BUNG KARNO ADALAH DILEMMA BAGI ORDE BARU
Kalau kita telusuri dengan cermat, maka akan nyatalah bahwa masa Orde Baruyang puluhan tahun adalah periode panjang yang "mandul" dalam halpendidikan moral bangsa, "gersang" dalam hal pendidikan politik bangsa,atau "steril" dalam hal pendidikan tentang pengabdian kepada kepentinganrakyat. Dengan dalih mengutamakan pembangunan, maka pendidikan politik telahdigencet selama puluhan tahun. Kasarnya, Orde Baru adalah suatu sitempolitik yang takut kepada kesadaran politik rakyat. Yang pernah dilakukanoleh Orde Baru adalah indoktrinasi politik secara otoriter dan juga salaharah, yang justru mematikan kehidupan politik yang demokratis ataukerakyatan.
Dari sudut inilah kita bisa mengerti mengapa selama puluhan tahun Orde Barutelah berusaha menghilangkan peran Bung Karno dari sejarah bangsa. Dan disini pulalah letak dilemma yang dihadapi oleh Orde Baru. Sebab, seandainyatokoh-tokoh Orde Baru mau berbicara tentang sejarah (yang benar) tentangperjuangan bangsa, maka terpaksalah mereka juga berbicara tentang peran danketokohan Bung Karno. Sedangkan, bagi Orde Baru, berbicara tentang ketokohanBung Karno (yang sebenarnya!) adalah merugikan. Sebab, Bung Karno adalahmusuh Orde Baru. Sejarah (yang sebenarnya) tentang latar belakangpenggulingan kekuasaan Bung Karno oleh para pendiri Orde Baru/GOLKAR adalahsesuatu yang tidak bisa dibangga-banggakan oleh mereka, bahkan telahditutup-tutupi, atau diputar-balikkan (tentang soal ini ada catatantersendiri).
Oleh karena itu, seperti yang kita saksikan selama puluhan tahun, Orde Barutelah menempuh berbagai cara untuk "memperkecil" peran dan ketokohan BungKarno dalam sejarah perjuangan bangsa, atau "merusak"-nya sama sekali.Antara lain dengan menyebarkan isyu tentang keterlibatannya dalam G30S, ataumengecam kedekatannya dengan PKI. Orde Baru juga menciptakan suasanasehingga para pejabat atau tokoh-tokoh masyarakat tidak berbicara ataumenyinggung nama Bung Karno dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat publik.Karena itu, selama puluhan tahun, banyak orang yang takut atau segan, atautidak mau menyinggung nama Bung Karno, ketika mereka berbicara tentangsejarah perjuangan melawan kolonialisme Belanda atau ketika bicara tentangrevolusi 45.
Sekadar sebagai contoh : adalah suatu hal yang menarik, kalau di kemudianhari bisa diadakan penelitian tentang pidato-pidato Suharto selama 30 tahunmenjabat sebagai presiden. Berapa kalikah selama itu ia pernah bicaratentang sejarah kebangkitan nasional, tentang perjuangan menentangimperialisme dan kolonialisme, tentang peran sejarah Bung Karno, tentangrevolusi 45, tentang lahirnya Pancasila?

BUNG KARNO ADALAH PROMOTOR KEBANGKITAN BANGSA
Dalam memperingati Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei, mau tidak mau kitaharus mengingat kembali perjalanan sejarah bangsa kita, yang dimulai denganlahirnya gerakan nasionalis pertama Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908,hampir seratus tahun yang lalu. Pergerakan nasional ini dipimpin oleh DokterSoetomo di Jakarta. Dengan dorongan dilahirkannya Boedi Oetomo ini, kemudianlahirlah di Surabaya dalam tahun 1912 Sarekat Islam di bawah pimpinan HajiO.S. Tjokroaminoto bersama Haji Agus Salim dan Abdul Muis. Sarekat Islamkemudian pecah menjadi SI merah dan SI putih. Dalam tahun 1912 itu lahirpula satu gerakan politik yang amat penting, yaitu Indische Partij yangdimpimpin oleh Douwes Dekker (Dr. Setiabudhi), R.M. Suwardi Suryaningrat danDr. Tjipto Mangunkusumo. Tahun 1913, partai ini dilarang oleh pemerintahkolonial Belanda dan pemimpin-pemimpinnya ditangkapi dan kemudian dibuangdalam pengasingan.
Sebagai buntut perkembangan ini, maka pada tahun 1914 lahir di Semarang satuorganisasi berfaham kiri (komunis), yaitu Indische Sociaal DemokratischeVereeniging (ISDV) di bawah pimpinan Sneevliet dan Semaun. Dalam tahun 1920(23 Mei) ISDV ini telah berobah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI),dengan pimpinan Semaun juga. Dalam perjuangan melawan kolonialisme Belanda,PKI telah mencetuskan pembrontakan di Banten, Jakarta dan Yogyakarta dalamtahun 1926, dan kemudian juga di Sumatera Barat dalam tahun 1927. Setelahpembrontakan itu ditindas oleh pemerintahan kolonial Belanda, maka ribuanpimpinan dan anggota PKI ditangkapi, dan kemudian dibuang dalam pengasingandi Tanah Merah (Digul).
Perjuangan besar PKI melawan Belanda ini, setelah mengalami penindasan hebatsekali, telah diteruskan oleh Ir Soekarno dengan mendirikan Partai NasionalIndonesia (PNI) di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927. Pimpinan PNI waktuadalah Dr. Tjipto Mangunkusumo, Mr Sartono, Mr Iskaq Tjokrohadisuryo dan MrSunaryo. Bung Karno, yang ketika masih mahasiswa di Bandung dan berumur 22tahun sudah menghadiri Kongres PKI, kemudian terus berkembang menjadiseorang pemimpin gerakan nasionalis yang Muslim dan yang berhaluan kiri.(Sekedar untuk menyegarkan lagi ingatan kita bersama : dalam tahun 1926 iasudah menulis untuk majalah Suluh Indonesia artikel tentang pentingnyapersatuan perjuangan antara pergerakan politik yang beraliran nasionalisme,agama dan marxis).
Dengan menelusuri perkembangan berbegai gerakan nasional melawankolonialisme Belanda sejak lahirnya Boedi Oetomo dalam tahun 1908 sampai1965, maka nampak nyatalah bahwa Bung Karno adalah promotor atau penerusgerakan kebangkitan nasional. Bukan itu saja. Dari apa yang sudahdiperjuangkannya sejak tahun 20-an sampai ia menjabat kepala negara,jelaslah kiranya bahwa Bung Karno telah muncul sebagai pemimpin besarkebangkitan bangsa. Gagasan-gagasan besarnya tentang kebangkitan bangsa initelah dituangkannya dalam tindakan-tindakannya, dalam tulisan-tulisannya,dalam pidato-pidatonya, singkatnya : dalam perjalanan hidupnya. Kebangkitanbangsa adalah idam-idaman Bung Karno, menuju persatuan dan kerukunan bangsademi memperjuangkan tercapainya masyarakat adil dan makmur.

GERAKAN KEBANGKITAN NASIONAL ADALAH KIRI
Dalam konteks perkembangan sejarah perjuangan melawan kolonialisme,gerakan-gerakan seperti Boedi Oetomo, Perhimpunan Indonesia (PI) diNederland, Sarekat Islam, PKI, PNI, Partindo, GAPI, Gerindo danlain-lainnya, bolehlah kiranya dikatakan bahwa semua gerakan itu berhaluankiri, atau, setidak-tidaknya memiliki aspek-aspek kiri. Sebab, dalam sejarahmodern dunia atau literatur politik dunia, kata "kiri" disebut untukmengungkapkan fikiran, sikap atau kegiatan yang menghendaki, antara lain :adanya perobahan dalam masyarakat untuk memperjuangkan keadilan sosial,melawan penindasan atau pemerasan terhadap rakyat banyak, melawankediktatoran modal atau melawan kekuasaan sewenang-wenang segolongan orangatau suatu kekuasaan politik. Dalam konteks perjuangan melawan kolonialismeBelanda, gerakan yang secara tegas atau radikal melawan Belanda waktu itutelah digolongkan kiri. Gerakan kiri ini juga termanifestasikan dalam sikap"non-koperasi" (tidak mau kerjasama) dengan pemerintahan kolonial.
Dengan pengertian itu maka bisa dilihat bahwa perjuangan nasional melawankolonialisme Belanda yang dipimpin oleh Bung Karno sejak tahun 1927 adalahgerakan kiri. Oleh karena itu pulalah Bung Karno (bersama-samakawan-kawannya yang lain) dianggap berbahaya oleh pemerintah Belanda, dankemudian harus ditangkap, diadili, dipenjarakan dan kemudian dibuang dalampengasingan. Demikian juga halnya dengan PNI, yang karena dianggap berbahayamaka dinyatakan sebagai partai terlarang, dan harus dibubarkan.
Oleh karenanya, dalam perjuangan bangsa Indonesia melawan kolonialismeBelanda kata "kiri" mempunyai arti yang terhormat di kalangan kaumpergerakan. Ini berlainan dengan kata "kanan" yang mempunyai konotasi yangnegatif (umpamanya konotasi : sikap tidak tegas, sikap penakut,plintat-plintut, sikap "lunak" atau condong "kompromi", bahkan ketaklukanatau pengkhianatan). Wajarlah kalau, pada waktu itu, para ambtenaar"inlander" (orang-orang Indonesia yang bekerja-sama dengan pemerintahkolonial Belanda) menganggap orang-orang kiri sebagai orang-orang yangjahat.
Pengertian yang sama juga bisa ditrapkan kepada peristiwa bersejarahlainnya, yaitu pembrontakan PKI tahun 1926. Bagi mereka yang berjuangmelawan kolonialisme Belanda, peristiwa ini mendapat tempat yang terhormatdalam hati. Sebab, ini adalah manifestasi gerakan kiri yang menonjol, yangkemudian telah memberikan inspirasi bagi kelanjutan perjuangan bangsaselanjutnya. Pembrontakan PKI tahun adalah bagian penting dari sejarahkebangkitan nasional, dan telah memberikan sumbangan penting pula kepadakebangkitan bangsa.
Dalam rangka memperingati HUT ke-100 Bung Karno patutlah kiranya sama-samakita ingat bahwa Bung Karno mempunyai peran sejarah yang penting dalammeneruskan, mengembangkan dan memimpin kebangkitan nasional yang dimulai 20Mei 1908. Buku "Dibawah Bendera Revolusi" jilid pertama dan kedua, sertapidato-pidatonya yang lain, memantulkan dengan jelas gambaran betapa"gandrung"-nya (cinta-besarnya) kepada kebangkitan bangsa.
Sebaliknya, mohon sama-sama kita renungkan, betapa sedihnya bagi bangsa kita(termasuk bagi generasi yang akan datang) bahwa sejarah kebangkitan bangsayang dipimpin oleh Bung Karno ini, telah secara besar-besaran dan juga dalamjangka lama, mengalami "de-politisasi", atau "de-sukarnoisasi" atau"de-revolusi". Mohon juga sama-sama kita tafakurkan, betapa sedihnya bahwaselama puluhan tahun ini Hari Kebangkitan Nasional ini telah diperingatisecara hambar, secara dangkal, secara palsu, atau secara kosong-jiwa. Initidak hanya di Jakarta saja, melainkan juga di daerah-daerah atau dikota-kota kecil. Juga betapa sayangnya, bahwa tidak banyak tulisan-tulisandalam media pers, yang berani (atau yang mau!) mengangkat peran sejarah BungKarno yang cukup penting sebagai penerus atau pendorong kebangkitan bangsa.Dalam hal ini, dosa para pendukung setia Orde Baru adalah besar sekali.

BUNG KARNO YANG "KIRI" DIMUSUHI ORDE BARU
Dari sejarah penggulingan Bung Karno oleh para pendiri Orde Baru/GOLKAR,yang latar-belakangnya mulai terbuka sedikit demi sedikit, maka jelaslahbahwa ia telah dihancurkan oleh kekuatan-kekuatan tertentu dalamnegeri (dansekaligus juga oleh kekuatan-kekuatan luarnegeri) disebabkan oleh pendirianpolitiknya, gagasan-gagasannya dan cara berfikirnya. Dalam berbagaikesempatan, sejak umur 25 tahun, ia menyatakan bahwa ia adalah seorangnasionalis, yang sekaligus juga seorang penganut agama Islam, dan yangmenggunakan metode berfikir marxis dalam memandang berbagai persoalanmasyarakat dan bangsa.
Pendiriannya atau cara berfikirnya inilah yang telah membikin Bung Karnomenjadi tokoh besar sejak ia menulis dalam Suluh Indonesia (1926) tentanggagasannya yang kemudian menjadi konsep NASAKOM di kemudian hari, sejak iamengucapkan pidatonya yang bersejarah "Indonesia Menggugat", sejak iamendorong lahirnya Sumpah Pemuda (1928). Pendiriannya atau cara berfikirnyainilah yang menyebabkan ia dipenjara dan kemudian dibuang dalam pengasingan.Pendiriannya atau cara berfikirnya ini pulalah yang telah melahirkanPancasila, yang melahirkan Konferensi Bandung, yang membikin terdengarnyapidatonya "To Build The World Anew" di PBB, yang menyerukan "Go to Hell WithYour Aid" kepada AS, yang melahirkan Dekon (Deklarasi Ekonomi), yangmelahirkan Manipol. Juga, pendiriannya atau cara berfikirnya inilah yangmengucapkan pidatonya "Yo sanak yo kadang, malah yen mati aku sing kelangan"(Ya saudara, ya keluarga, kalau mati saya ikut kehilangan) di depan resepsiKongres ke-6 PKI (1959) di Jakarta.
Bagi pengamat sejarah atau pengamat politik, atau siapa saja yang menaruhminat kepada sejarah perjuangan Bung Karno ada satu hal yang menarik tentanggandrungnya atau komitmennya yang besar kepada kebangkitan bangsaIndonesia. Dalam setiap pidato "17 Agustus"-nya sejak 1958 sampai 1965,Bung Karno makin lama makin banyak menyebut "revolusi" , "perjoangan" atau"revolusioner". Mungkin dalam sejarah modern dunia, jarang ada kepala negaraatau pemimpin bangsa yang berbicara soal pentingnya revolusi sesering yangdibicarakan oleh Bung Karno. (sekadar perbandingan : Kemal Attaturk? GamalAbdul Nasser? Jawaharlal Nehru? Mao Tse-tung? Dr. Kwame Nkrumah? ).
Yang berikut adalah ajakan penulis kepada para pembaca untuk mencobabersama-sama menjabarkan satu gejala yang unik. Yaitu ke-"unik"-an BungKarno dalam usahanya untuk terus-menerus membangkitkan bangsa, seperti yangtercermin dalam pidato kenegaraannya 17 Agustus 1964, yang terkenal denganjudul TAVIP (Tahun Vivere Pericoloso, atau "Hidup Menyerempet-rempet Bahaya"). Dalam pidatonya yang cukup panjang itu, Bung Karno telahmengucapkan kata-kata : "revolusi" lebih dari 140 kali, "revolusioner"lebih dari 30 kali, "rakyat" lebih dari 80 kali, "imperialis" lebih dari 30kali, "perjuangan" lebih dari 20 kali, "Nasakom" lebih dari 7 kali, "buruh"lebih dari 10 kali, "tani" lebih dari 12 kali.
Kalau direnungkan dalam-dalam, maka memang luarbiasa Bung Karno kita ini !Dengan membaca kembali pidato TAVIP-nya Bung Karno itu (jugapidato-pidatonya yang lain), maka nyatalah bahwa Bung Karno selalu berusahamembangkitkan bangsa Indonesia, untuk menjadi bangsa yang besar, bangsa yangbersatu dalam kerukunan, yang rukun dalam perbedaan, yang bergotong-royongdalam perjuangan di bawah lambang Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila (yangasli !!!). Ia telah bisa membangkitkan bangsa, sejak muda, dengankonsep-konsep perjuangan yang berjiwa revolusioner kiri.
Bung Karno menjadi tokoh besar, baik dalam tingkat nasional maupuninternasional, berkat gagasan-gagasannya yang berjiwa kiri, yang konsekwenmengabdi kepada kepentingan rakyat dan bangsa, yang melawan imperialisme danneo-kolonialisme beserta kakitangan mereka di dalamnegeri. Karena itulahmaka Bung Karno dianggap berbahaya dan telah dijatuhkan oleh para pendiriOrde Baru/GOLKAR dan sekaligus juga oleh kekuatan-kekuatan asing (tentangsoal ini ada catatan tersendiri).
Sejak digulingkannya Bung Karno dari kepemimpinan nasional, maka "mandeg"-lah kebangkitan bangsa selama puluhan tahun. Seperti yang bisadisaksikan dewasa ini, apa yang terjadi selama Orde Baru adalah keterpurukanbangsa, kemerosotan moral secara besar-besaran atau kerusakan budi-pekertiyang menyeluruh di segala bidang, terutama di kalangan "elite", baik yang dieksekutif, legislatif, judikatif, maupun di sebagian kalangan intelektualdan kebudayaan.
Perkembangan kehidupan politik akhir-akhir ini membuktikan dengan jelasbahwa gerakan ekstra-parlementer yang kuat dan besar diperlukan sekali untukmencegah berkelanjutannya proses pembusukan bangsa. Dari praktek-prakteksebagian terbesar partai-partai politik kelihatan nyata sekali bahwa tidakbanyaklah yang bisa diharapkan lagi dari mereka akan adanyaperbaikan-perbaikan yang fondamental. Sebagian terbesar para anggota DPR,yang mewakili partai-partai hasil pemilu yang lalu, sudah diragukan olehbanyak orang tentang legitimasi mereka untuk berbicara atas nama rakyat.Sisa-sisa kekuatan Orde Baru masih bercokol di mana-mana.
Dalam situasi yang begini rumit dan parah di segala bidang, yang ditimbulkanoleh kebobrokan sistem politik Orde Baru/GOLKAR selama lebih dari 32 tahun,maka peran gerakan ekstra-parlementer untuk membangkitkan kembali bangsaadalah penting sekali. Adalah menggembirakan bahwa akhir-akhir ini berbagaigerakan mahasiswa, gerakan pemuda, gerakan buruh, gerakan tani, perkumpulanseniman dan budayawan, LSM atau Ornop sudah terus-menerus melancarkanberbagai aksi lewat segala macam cara dan bentuk dan di beraneka bidang.
Dalam memperingati Hari Kebangkitan Nasional yang akan datang, adalah perlusekali untuk mengenang kembali jasa dan peran Bung Karno dalammembangkitkan bangsa. Jiwa besar Bung Karno dalam terus-menerusmembangkitkan bangsa dapat dijadikan sumber inspirasi bagi perjuanganberbagai golongan dewasa ini untuk meneruskan reformasi. Makin terasasekalilah, sekarang ini, bahwa suara Bung Karno perlu didengar lagi olehsebanyak mungkin orang.

Rabu, 14 Mei 2008

PROBLEMA PKL, JANGAN SAMPAI TERJADI DI MANGGARAI TIMUR

PENGGUSURAN PKL,
PEMERINTAH HARUS JELI MELIHAT KASUS

Oleh: Damasus Hans Satu

Penggusuran tempat berjualan para pedagang kaki lima (PKL) akhir-akhir ini marak terjadi. Hal ini dilakukan atas dasar alasan untuk menciptakan kawasan pengembangan pariwisata di Indonesia. Kekisruhan pun sering terjadi antara aparat dengan PKL Korban pun berjatuhan, tapi tujuan pengembangan kawasan pariwisata yang di dambakan belum juga tercapai.
Kehidupan PKL adalah gambaran kehidupan sebagian besar rakyat Indonesia, bertahan hidup dari sedikit hal yang dimilikinya. Berjuang untuk merdeka dari kehidupan yang miskin, walaupun dengan mengorbankan segala pengetahuan dan keterampilan yang ada dalam dirinya. Semua itu demi terwujudnya cita-cita luhur bangsa Indonesia yaitu terciptanya masyarakat yang Aman, makmur, sejahtera.

Sikap Pemerintah
Ironisnya, dibalik cita-cita yang luhur itu, pemerintah punya pemahaman lain. Tujuan pemerintah juga tidak berbeda dengan tujuan rakyat pada umumnya. Tapi antara pemerintah dan rakyat, khususnya PKL tidak terjalin suatu persatuan untuk mewujudkan cita-cita bersama. Keberadaan pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat kecil adalah satu persoalan yang sangat mendasar. Ide-ide para pemimpin bangsa, selalu mengalahkan aspirasi rakyat kecil, sehingga tanpa kekuatan hukum pemerintah bisa berbuat semaunya terhadap PKL.
Rakyat yang memegang kekuasaan tertinggi di Negara Demokrasi ini, terlihat hanya sebagai formalitas saja, karena kebanyakan undang-undang yang selalu dirubah setiap tahun tidak mencerminkan pikiran rakyat. Pasal-pasal dalam undang-undang terkadang melindungi aparat yang terjerat kasus tertentu, sehingga sulit untuk memvonis pejabat yang melakukan pelanggaran besar dibandingkan memvonis rakyat kecil yang hanya keliru melakukan suatu pelanggaran. Hal ini karena rakyat kecil tidak mengetahui dan memahami aturan yang dibuat oleh pemerintah melalui Undang-undang. Ini adalah salah satu bukti kecil bahwa undang-undang yang dibuat pemerintah bukan merupakan hasil evaluasi dari ide rakyat kecil.
Pemindahan PKL ke tempat yang dirancang oleh pemerintah memang merupakan suatu ide yang bagus yang kelihatannya sangat berpihak pada rakyat. Tapi anehnya PKL malah tak mau berpindah tempat. Kejadian ini tentu dikarenakan beberapa hal yang mendasar, pasti ada kejanggalan yang terdapat di tempat yang disediakan pemerintah. Bayak tempat bagi PKL yang disediakan oleh pemerintah tidak memenuhi standarisasi khusus, dari segi letak, daya tahan dan daya tariknya pun malah masih lebih baik tempat PKL yang lama. Hal ini memang kurang terlalu diperhatikan oleh pihak yang berwenang, karena yang menguasai proyek pengerjaannya adalah para konglomerat.
Sikap pemerintah yang tidak turun secara langsung ke dalam masyarakat memberikan kesempatan kepada para tengkulak di negri ini untuk membuka lahan korupsi, sehingga program pemerintah bukannya berguna untuk rakyat, malah berguna bagi tengkulak yang menangani proyek.

Penanganan Kasus
Masalah antara pemerintah dan rakyat kecil seperti PKL perlu ditangani secara serius. Penanganan juga harus dilakukan secara kontinu. Dalam menangani masalah ini, semestinya tidak boleh ada pihak yang dirugikan antara pemerintah dan rakyat. Untuk itu, pemerintah harus jeli melihat masalah.
Pihak pemerintah tidak boleh langsung menggusur tempat yang dimiliki PKL sebelum melaksanakan studi kelayakan tempat baru yang disediakan oleh pemerintah untuk PKL. Studi kelayakan ini sangat perlu, karena bila tidak dilaksanakan, pada akhirnya nanti akan merugikan rakyat kecil, dalam hal ini adalah PKL.
Selain itu, cara lain yang dilakukan pemerintah setelah melakukan studi kelayakan adalah harus bisa mensosialisasikan kepada PKL. Untuk hal ini, pemerintah harus sadar bahwa masyarakat Indonesia khususnya PKL sebagian besar adalah orang yang belum terlalu mengenal dunia pendidikan yang formal. Dengan demikian, pemerintah harus menyadari bahwa untuk mensosialisasikan hal ini bukan memakan waktu yang singkat seperti mensosialisasikan suatu hal kepada para cendikiawan. Pemerintah harus sabar, jangan langsung menggusur hanya setelah 1 atau dua kali sosialisasi.
Seandainya sosialisasi tidak berhasil, pemerintah juga harus bisa melakukan studi kelayakan yang ke dua pada tempat yang sama, cari hal-hal yang dirasa merugikan PKL, karena tentu PKL tidak mau berpindah karena suatu hal. Apabila tidak ada kejanggalan pada tempat itu, pasti ada masalah lain yang memberatkan hati PKL untuk berpindah. Oleh karena itu, pemerintah harus mndekati PKL secara psikologis. Cara ini mungkin sangat efisien bagi pemerintah. Jika semua hal telah dilaksanakan, tapi PKL belum juga mau berpindah, barulah pemerintah mengambil jalan lain. Perlu diingat bahwa penggusuran tempat PKL sangat tidak manusiawi, dan hal ini malah menambah jumlah rakyat miskin di Negara kita. Dan untuk disadari juga bahwa untuk tujuan pariwisata, tidak selamanya PKL harus jadi korban, pemerintah tidak boleh memihak.

Damasus Hans Satu,
Mahasiswa FKIP Matematika semester VI
Univ. Kanjuruhan Malang

Senin, 12 Mei 2008

AKANKAH TERJADI?


MANGGARAI TIMUR, berkiprah menuju kesejahteraan

Otonomi, bukan Otomotif. Mobilitas bukan bukan mobil lintas angan-angan. Semoga itulah yang terlintas di benak para pejuang Manggarai Timur. Bergelut di gedung DPR demi memperjuangkan yang dinamakan otonomi, yang mungkin juga akan menjadi otomotif (red). Pergerakan dan mobilitas serta berbagai jenis pergerakan sosial mulai terlihat di perbatasan Manggarai Timur dan Tengah. Masyarakat seakan berhijrah, begitu pula para elit-elit politik.Perpindahan penduduk sudah mulai tercium, sampai sengketa tanah kembali merengut nyawa beberapa insan dari kalangan rakyat jelata. Transmigrasi, migrasi, dan pergerakan penduduk lainnya seolah mewarnai arus sosial di antara kedua kabupaten menyambut datangnya Manggarai Timur. Terompet organisasi dan partai politik sudah mulai bermunculan suaranya menggaum di lereng dan lembah yang berawal dari lembah Cunga Wae Reca. Sret, sejalan dengan itu angan dan hayal pun mulai melintas dibenak masyarakat dan kalangan konglomerat. Sekejap terlintas bayangan mobil mewah di pikiranku. (uah, kayaknya seperti alfa terjadinya manggarai Barat) wah, pantaslah masyarakat mengira yang bukan-bukan walaupun mungkin nanti akan terjadi benar-benar, kata pak mantri.manggarai Timur dan perjuangannya seolah memunculkan berbagai kader-kader baru dalam segala hal, dari hal yang berhubungan dengan yang jahat sekali pun, maupun hal yang baik dan istimewa. (eit... eit, jangan dulu mengira kalau aku kontra terhadap otonomi daerah Manggarai Timur) Maksudku kalau otonomi itu diartikan kelewat batas ya tentu saya kontra dong... hehehe. Semoga perkiraanku melenceng, saya tak ingin Manggarai Timur seperti dalam ramalanku. Uah pake ramal segala nih, nah agar gak terjadi seperti itu, bagaimanakah kinerja kamu supaya manggarai timur dan masyarakatnya bisa berkiprah menuju kesejahteraan? jawabannya... eit tunggu dulu, renungkan dulu, karena jawabannya ada dalam pikiran anda.Dont smoking not smoker, smoking smoker pasti muncul. Oh ya, jangan tejemah harafiah, interpretasi sendiri aja maksudnya. salam buat pemerintah yang baru. usul saya, kembangkan teknologi, khususnya dunia maya di Manggarai Timur. TQ

Selasa, 15 Januari 2008

Menstufing envelopes

Sebuah Bisnis yang berpusat di Surabaya.
Kalau anda ingin untuk mendapatkan uang dengan menstufing envelopes tiap harinya, jangan lewatkan yang satu ini.
Untuk mendapatkan informasinya, silahkan transverkan uang anda ke rekening BNI sebanyak Rp 10000, dengan nomor rek. 0069325157. lalu bukti transfernya dikirim ke Hans Satu d.a Univ. kanjuruhan Malang, Jl. S. Supriadi 48 Malang. Unang itu digunakan untuk beli envelope, biaya perangko, dan foto kopi.
Kalo ngga percaya, silahkan baca iklan di media cetak yang berisi menstufing envelopes.

Tentang KASIH di masa Pandemi

Semilir angin yang bertiup di pagi itu, membuat sosok itu sedikit terhanyut dalam pikirannya yang silih berganti memikirkan inovasi baru unt...