Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2008

Sekedar Sumbangan

Menyongsong Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei (2001) (Oleh : A. Umar Said) Ada satu hal yang sudah selama puluhan tahun tidak menjadi pemikiran banyakorang, yaitu gejala bahwa Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei sudah tidak lagidiperingati secara khidmat atau selayaknya sebagai peristiwa yang pentingdalam sejarah bangsa. Bagi mereka yang masih ingat kepada masa di bawahkepemimpinan Bung Karno, maka terasa sekalilah betapa besar bedanya antaraperingatan Hari Kebangkitan Nasional sebelum 1965 dengan yangdiselenggarakan selama Orde Baru. Peringatan Hari Kebangkitan Nasional yangdiselenggarakan sampai 1965 selalu sarat dengan dikobarkannya semangat untukmenghormati jasa-jasa para perintis kemerdekaan, semangat untukmempersatukan bangsa, semangat untuk bersama-sama meneruskan revolusi menujumasyarakat adil dan makmur. "Api" kebangkitan bangsa ini terasamenyala-nyala dalam kesempatan semacam itu. Sayang sekali, bahwa justru "api" inilah yang selama Orde Baru menjaditerasa pud

PROBLEMA PKL, JANGAN SAMPAI TERJADI DI MANGGARAI TIMUR

PENGGUSURAN PKL, PEMERINTAH HARUS JELI MELIHAT KASUS Oleh: Damasus Hans Satu Penggusuran tempat berjualan para pedagang kaki lima (PKL) akhir-akhir ini marak terjadi. Hal ini dilakukan atas dasar alasan untuk menciptakan kawasan pengembangan pariwisata di Indonesia. Kekisruhan pun sering terjadi antara aparat dengan PKL Korban pun berjatuhan, tapi tujuan pengembangan kawasan pariwisata yang di dambakan belum juga tercapai. Kehidupan PKL adalah gambaran kehidupan sebagian besar rakyat Indonesia, bertahan hidup dari sedikit hal yang dimilikinya. Berjuang untuk merdeka dari kehidupan yang miskin, walaupun dengan mengorbankan segala pengetahuan dan keterampilan yang ada dalam dirinya. Semua itu demi terwujudnya cita-cita luhur bangsa Indonesia yaitu terciptanya masyarakat yang Aman, makmur, sejahtera. Sikap Pemerintah Ironisnya, dibalik cita-cita yang luhur itu, pemerintah punya pemahaman lain. Tujuan pemerintah juga tidak berbeda dengan tujuan rakyat pada umumny

AKANKAH TERJADI?

Gambar
MANGGARAI TIMUR, berkiprah menuju kesejahteraan Otonomi, bukan Otomotif. Mobilitas bukan bukan mobil lintas angan-angan. Semoga itulah yang terlintas di benak para pejuang Manggarai Timur. Bergelut di gedung DPR demi memperjuangkan yang dinamakan otonomi, yang mungkin juga akan menjadi otomotif (red). Pergerakan dan mobilitas serta berbagai jenis pergerakan sosial mulai terlihat di perbatasan Manggarai Timur dan Tengah. Masyarakat seakan berhijrah, begitu pula para elit-elit politik.Perpindahan penduduk sudah mulai tercium, sampai sengketa tanah kembali merengut nyawa beberapa insan dari kalangan rakyat jelata. Transmigrasi, migrasi, dan pergerakan penduduk lainnya seolah mewarnai arus sosial di antara kedua kabupaten menyambut datangnya Manggarai Timur. Terompet organisasi dan partai politik sudah mulai bermunculan suaranya menggaum di lereng dan lembah yang berawal dari lembah Cunga Wae Reca. Sret, sejalan dengan itu angan dan hayal pun mulai melintas dibenak masyarakat dan kalangan